Monday, September 08, 2008

Don Giovanni

Tall, handsome and very, very dark. Don Giovanni has stolen kisses and broken hearts across the continent. And wouldn't you fall for a man who looks into your eyes and sings a melting Mozart serenade?

Siapa tak kenal Don Giovanni? Tatapan matanya menenggelamkan setiap wanita. Rayuannya menebar megap megap romantis, dan senyumnya membakar api asmara. Setiap wanita yang ditemuinya, dijamin akan “termehe-mehe”. Don Giovanni adalah opera mahakarya Wolfgang Amadeus Mozart, yang pertama kali dimainkan pada tahun 1787 di Praha. Akhir bulan Agustus lalu, Don Giovanni kembali dimainkan di Sydney Opera House. Opera ini, yang merupakan gubahan dari kisah Don Juan, librettonya ditulis oleh Lorenzo Da Ponte. Dan malam itu, saya menjelajahi sebuah lakon spektakuler yang telah dimainkan lebih dari 200 tahun ini.

Don Giovanni adalah pria berkelas tinggi yang senang berfoya-foya dan menggoda wanita. Sebanyak 1003 wanita takluk padanya di Spanyol, 640 di Italia, 231 di Jerman, 100 di Prancis, dan 91 di Turki. (adegan ini diceritakan secara komedi dalam aria Leporello: "Madamina, il catalogo è questo -- Non, ini katalognya."). Namun, Don Giovanni bukan bercerita tentang kesuksesan seorang Don Juan. Lakon ini lebih bercerita tentang akibat perbuatan Don Giovanni pada berbagai wanita. Don Giovanni harus menghadapi hubungan yang rumit dengan Donna Anna, Donna Elvira, dan Zelrina. Ketiganya adalah korban cinta dan rayuan Don Giovanni. Donna Anna dirayu di kamarnya hingga secara tidak sengaja Don Giovanni membunuh ayah Donna Anna, Commandetore, karena memergokinya. Donna Elvira dijanjikan untuk dinikahi, namun ditinggal lari, dan Zelrina dirayu tepat di hari pernikahannya. Ketiga wanita itu menuntut pertanggungjawaban sekaligus ingin membalas dendam pada Don Giovanni. Kehidupan Don Giovanni, bersama dengan pembantunya Leporello, tak tenang karena dikejar-kejar kesalahan.

Act II opera ini berujung pada sebuah kisah tentang upaya pertobatan. Donna Elvira mendatangi Don Giovanni, kebenciannya sudah hilang. Yang tersisa adalah rasa kasihan melihat Don Giovanni masih tetap melakukan aksi-aksi rayuan kemana-mana. Donna Elvira meminta Don Giovanni untuk bertobat. Don Giovanni menolaknya, baginya wanita dan arak adalah esensi dari kemuliaan hidup. “They are more to me than the breath I take”, tegas Don Giovanni. Setelah itu, arwah Commendatore, ayah Donna Anna, muncul. (ia membawakan aria "Don Giovanni! a cenar teco m'invitasti - Don Giovanni! Kamu telah mengundangku untuk makan denganmu"). Dia menyuruh Don Giovanni untuk bertobat dari kehidupan sesatnya, tetapi sekali lagi Don Giovanni menolak mentah-mentah. Arwah Commendatore pun akhirnya mengutuk dan menyeret Don Giovanni ke dalam tanah. Api neraka menyelimuti Giovanni sambil ditarik ke dalam. Itulah akhir dari Don Giovanni. Seorang filsuf Denmark, Soren Kierkegaard, mengangkat adegan penolakan bertobat Don Giovanni ini dalam sebuah perdebatan filsafat yang panjang dan menarik. Bahkan Kierkegaard menulis “If you marry, you will regret it; if you do not marry, you will also regret it; if you marry or do not marry, you will regret both; whether you marry or do not marry, you will regret both.”

Thursday, September 04, 2008

Lucia di Lammermoor

Bagi para pecinta opera, Lucia di Lammermoor adalah sebuah lakon yang masuk kategori must see. Inilah sebuah tragic opera (opera tragis) mahakarya dari komposer opera Gaetano Donizetti yang pertama kali dimainkan tahun 1836. Libretto-nya, atau narasi yang dituturkan dalam bahasa Italia, ditulis oleh Salvatore Cammarano. Lakon ini dipaparkan dengan sangat menawan di Sydney Opera House. Tata panggung, kostum, pencahayaan, akting, dan musik orkestra yang grandeur ditampilkan dengan sangat indah dan menawan. Saya menerjang dingin dan hujan untuk kemudian mengantri demi menonton Lucia. Sebuah kisah klasik tentang cinta terlarang yang tragis dan lirih.

Lucia adalah sebuah tragedi. Berlatar belakang Ravenswood Castle di Scotland, Lucia di Lammeermoor dipaksa menikah dengan pria bukan pilihannya. Kakaknya, Enrico, menginginkan ia menikah dengan bangsawan Arturo. Namun Lucia telah mengikat janji dengan pria lain, Edgardo, yang pernah menyelamatkannya dari serangan banteng liar. Sayangnya, Edgardo adalah musuh dari keluarga Lammermoor. Mengetahui cintanya tak mendapat restu keluarga, Lucia dan Edgardo memadu janji pada sebuah malam. Mereka bertukar cincin dan bersumpah untuk tetap menjaga kesucian cinta mereka. Dikisahkan kemudian bahwa Edgardo pergi bertugas ke wilayah Perancis. Sepeninggal Edgardo, kakak Lucia, Enrico, membuat sebuah rencana jahat agar Lucia dapat menikah dengan Arturo. Ia membuat surat cinta palsu dari Edgardo kepada Lucia yang mengatakan bahwa Edgardo telah menemukan wanita lain dan meminta Lucia melupakannya. Terpukul, sedih, dan merasa dikhianati, Lucia patah hati. Dalam kepatahhatiannya, Lucia dipaksa Enrico untuk menerima Arturo sebagai sang suami. Pesta besarpun diadakan oleh Enrico. Dikisahkan, Edgardo pulang dan mendatangi pesta pernikahan. Ia berang dan meminta kembali cincin Lucia. Edgardo mengutuk pernikahan, petir menyambar, Lucia pingsan.

Setelah itu, adalah adegan favorit saya. Di malam pertama pernikahan, Lucia yang patah hati, perlahan menjadi gila. Ia membunuh Arturo, dan membawakan aria (expresi melody) yang lirih memanggil-manggil Arturo. Emma Matthews, sang pemeran Lucia, membawakan Act III aria dengan sungguh menyentuh. Gambaran ekspresi kepedihan jiwa Lucia, diiringi oleh tata lampu dan musik, sungguh menggetarkan hati. Saat Lucia membawakan Act III aria, Il Dolce Suono (the sweet sound), suasana meremangkan buku kuduk dan merembeskan air mata. Saya yakin ada banyak keharuan mengembang di antara para penonton. Ujung kisah tragis ini sudah dapat diduga, Lucia mati merana karena cintanya. Edgardo, menyadari bahwa Lucia cinta sampai mati pada dirinya, berharap untuk menyatu dengan Lucia. Iapun menusuk dirinya dengan pisau, dan mati. Betapa cinta yang begitu indah dan penuh bunga asmara di sisi lain juga mengandung kepedihan. Cinta dapat membawa kegilaan. Memang, karena cinta itu sendiri adalah sejenis kegilaan.

Labels: ,

Wednesday, September 03, 2008

Bonds: Undie Amnesty

Lemparkan semua underwear lama anda, pakailah undie keluaran terbaru dari Bonds. Itulah bentuk promosi baru dari celana dalam pria di pusat kota Sydney. Bonds membagi-bagikan celana dalam pria di tengah keramaian. Gratis. Syaratnya? Anda harus memakai celana dalam langsung di tempat. Mereka menyediakan tenda kecil untuk mengganti celana dalam, serta plastik dan tempat sampah untuk membuang celana dalam lama anda. “Lupakan merek lain, beralihlah ke Bonds,” kira kira demikian pesan mereka. Buat kita-kita yang berkunjung ke Sydney lebih dari 5 hari, celana dalam memang bisa jadi urusan yang bikin repot. Oleh karenanya, promo celana dalam gratis nampaknya tak bisa dibiarkan lewat begitu saja. Saya, Hery, dan Imuspun ikut mengantri mengambil jatah gratis.

Kenapa kami ikut mengantri? Selain karena gratis, ada beberapa alasan. Pertama, Bonds adalah merek pakaian dalam pria terbesar di Australia. George Alan Bonds mendirikan emporium Bonds sejak tahun 1915. Merek Bonds sendiri didaftarkan pada tahun 1920. Sejak itu, Bonds adalah landmark bagi pakaian dalam di Australia. Tentu saja kita ingin merasakan bagian yang itu. Kedua, para Bonds ladies, gadis-gadis pembagi celana dalam, sungguh ramah dan menggoda. Siapa tahan bila kita dirayu-rayu hanya untuk sekedar mengganti celana dalam. Kamipun luluh dan ikut mengantri. Memasuki tenda kecil buatan mereka, kami semua bertukar celana dalam. Sedikit accident kecil terjadi saat pintu tenda saya robek dan tersibak sehingga terlihatlah posisi saya sedang mengganti celana. Massa cukup histeris, hingga para Bonds Ladies membantu untuk menenangkannya. Well, setelah memakai Bonds, saya bisa merasakan apa itu sensasi underwear Australia. Menarik dan layak dicoba. Adem.

Tuesday, September 02, 2008

Peter Doyle@Quay

Peter Doyle adalah legenda dalam deretan nama chef terkenal di Australia. Keahliannya dalam menyajikan masakan, khususnya sea food meninggalkan kenangan yang tak terlupakan. Meninggal di tahun 2004, Peter Doyle lebih suka menyebut dirinya seorang nelayan. Ia memang mengawali karirnya sebagai nelayan sebelum akhirnya membangun emporium restoran dengan nama Peter Doyle di berbagai kota di Australia. Kunjungi the Rocks Sydney dan mampirlah ke Peter Doyle@the Quay untuk mencicipi legenda itu. Restoran premium yang memiliki lokasi upclass sangat cantik ini menyajikan berbagai hidangan sea food dengan varian yang menggetarkan selera makan. Bukan hanya makanan, tapi juga pemandangan. Terletak di ujung circular quay, Peter Doyle menyajikan pemandangan yang spektakuler. Harbour Bridge dan Opera House mendampingi kita mencicipi sajian sea food yang nikmat.

Hery, Sekar, dan Imus adalah teman makan malam itu. Sekar memilih menu top end baramundi sebagai makanan utama. Ikan baramundi ini adalah sejenis ikan kakap putih yang terkenal di perairan Australia. Fish and chip Peter Doyle layak diacungi jempol. Penyajiannya yang apik dengan pengaturan bumbu yang menawan membuat makan fish and chip menjadi sebuah pengalaman tersendiri. Buat Hery dan saya, lobster terasa lebih menggoda. Cicipi Whole Western Australia Lobster Mornay sebagai menu makan malam anda. Inilah ratu dari segala makanan laut. Lobster utuh disajikan cantik dengan taburan cream dan cheese panggang. Mendampinginya, terdapat pilihan kentang mash ataupun goreng, tomat, asparagus, dan sayuran. Lobster terbaik yang pernah ada, tekstur dagingnya begitu lembut dan menebarkan aroma lautan yang segar. Setiap kunyahan adalah orgasme. Setiap sendok adalah getar yang menikmatkan. Kesegaran lobsternya terasa manis di kuluman lidah kita. Tekstur lobster begitu lembut menari dalam kunyahan kita. Anda seolah merasakan samudra menari di langit-langit mulut. Rasa lobster itu bagai sebuah kenangan tak terlupakan seumur hidup. Memang Lobster di Peter Doyle ini adalah lobster pilihan yang diambil langsung dari laut Australia. Hanya ada satu kelemahan dari makan di sini, itulah so pricey the price. Untuk sepiring lobster dan minuman, anda harus merogoh kocek setidaknya 80-100 dollar Australia. Masih ingin mencicipi?

Monger : The Real Fish and Chips

Della, seorang sahabat yang menetap di Sydney, mengajak saya mengunjungi Manly dengan kapal Ferry. Katanya, di sana ada fish and chip yang enak dan die die must try. Jarak Manly yang setengah jam perjalanan Ferry cukup membuat saya ragu menjalaninya. Di tengah udara dingin Sydney di bulan Agustus dan kondisi perut saya yang masuk angin, jalan-jalan naik Ferry tampak bukan sebuah ide yang ciamik. Untuk mencapai Manly, dibutuhkan waktu setengah jam perjalanan laut yang bisa jadi memabukkan. Namun, tugas suci mencari fish and chip yang enak, mengalahkan segala rasa khawatir yang ada. Perjalanan itupun kami coba. Berdiri di dek kapal, angin musim dingin memang menggigit tulang sampai ke ujungnya. Namun sesampai di Manly, rasa itu hilang karena kita disajikan sebuah pemandangan pantai nan cantik dengan deretan restoran sea food di sepanjang pantainya. Dan yang paling penting, kita akan mencicipi fish and chipnya yang terkenal.

Tersebutlah fishmonger, sebuah restoran fish and chip yang terkenal di daerah Manly. Memasuki fishmonger, kita langsung diajak merasakan suasana unik dari restoran ini. Resto yang terkenal dengan sebutan monger oleh penduduk lokal ini menyajikan fresh and fast seafood dengan sensasi rasa Australia modern. Formula fish and chipnya sudah terkenal saat resto monger ini pertama kali dibuka di Byron Bay sekitar 6 tahun lalu. Fish and chip tersedia dengan pilihan ikan segar yang disajikan battered maupun grilled dengan potongan kentang goreng yang sungguh generous. Fish and chipnya terpilih sebagai salah satu yang the best oleh The Times London. Memang, mencicipi fish and chip sajian monger, sensasi uniklah yang kita rasakan. Selain fish and chip, kita juga bisa memilih varian menu lain seperti oyster dari Danau Wallis, rangkaian sajian cumi, BBQ baby octopus, maupun udang besar, dan calamari. Kami mencicipi BBQ Baby Octopus yang rasanya sungguh luar biasa. Kelembutan daging BBQ baby octopus ini sungguh menggetarkan lidah. Tidak seperti biasanya daging cumi yang bertekstur kenyal, baby octopus fishmonger justru lembut dan easy to chew. Nikmat, sungguh nikmat.

Pelayanan fishmonger sungguh ramah dan cepat. Dan yang paling unik adalah penyajian makanannya dalam kotak kayu yang manis. Hal ini membuat sensasi fish and chip monger menjadi berkesan rapi dan berkelas. Usai makan, kita mengelilingi pantai Manly sambil memandang senja yang mulai merekah. Garis merah di langit menandakan bahwa kita harus kembali menaiki ferry ke Sydney. Mengarungi setengah jam di atas gelombang laut. Namun, setelah mencicipi sensasi dari fishmonger, waktu seolah bukan masalah lagi. Fishmonger sungguh bernilai untuk dicoba, worth to try.

Secangkir Coklat Hangat dan Kebahagiaan

"If you only see the Opera House, The Harbour Bridge, and The Lindt Chocolate Cafe, you’ll leave Sydney happy" .... dalam waktu kunjungan yang singkat ke Sydney ditambah hembusan udara musim dingin yang menggigit tulang, duduk santai menghirup coklat hangat adalah sebuah kenyamanan tersendiri. Kalau kamu mampir Sydney, dan hanya sempat melihat Opera House, Harbour Bridge, serta nongkrong di Lindt Chocolate Cafe, cukuplah itu semua. Kamu akan meninggalkan Sydney dengan bahagia. Lindt Choholate Cafe adalah surga bagi para penggemar coklat. Kita mungkin bisa mencicipi coklat Lindt di berbagai belahan dunia, bahkan di rumah sendiri. Tapi untuk merasakan suasana unik dan original dari Lindt Chocolate cafe, kita harus mendatangi Sydney. Hal ini karena cafe yang terletak di 53 Martin Place ini (cabang lainnya di cockle bay wharf) adalah Lindt cafe pertama di dunia, yang sengaja diciptakan sebagai surga bagi para penggemar coklat. Cafe ini ditata apik dengan dekorasi warna krim, coklat, dan hitam di beberapa sisi. Cafe ini juga menampilkan deretan koleksi coklat Lindt, cake, dan es krim yang disusun cantik dalam rak-rak yang tersebar di sudut-sudut kafe. Aroma coklat dan nuansa kelembutan langsung menyergap kala kita memasuki kafe ini.

Lindt Cafe Sydney adalah kafe yang sibuk di setiap waktu. Untuk masuk ke sini saya perlu sedikit mengantri. Deretan pekerja lokal memenuhi kafe seolah mencari sanctuary dari kepenatan hidup sehari hari. Saat masuk dan duduk di dalamnya, saya memilih Ice cream waffel sebagai makanan dan secangkir coklat hangat untuk mendampingi. Ice cream waffelnya sungguh luar biasa. Tampilan manis ice cream di atas Waffel disajikan dengan satu pot kecil coklat leleh hangat khas Lindt. Saya menuuang coklat leleh di atas waffel dan ice cream. Saat sata cicipi, aroma coklat leleh sungguh penuh dan tumpah ruah memenuhi ruang mulut saya. Meleleh hangat meninggalkan sensasi unik di langit-langit mulut. Secangkir coklat hangat disajikan dalam dua pot terpisah, satu pot berisi susu putih hangat, satu pot berisi lagi lagi coklat leleh. Saya mencampur dan mengaduk keduanya, kemudian meminumnya. Aliran coklat hangat membasahi ruang mulut kita.

Pengalaman Lindt selama 160 tahun dalam membuat coklat membuat rasa coklat itu tinggal lama di mulut kita. Lihat, sentuh, dengar, hirup aromanya, dan cicipi, itulah lima rahasia merasakan coklat lindt. Pilih juga rangkaian jenis coklat untuk menemani hari kita. Sensasi dari coklat yang melt-in-the-mouth ini bisa didapatkan dalam berbagai jenis seperti: dark and milk chocolate; hazelnut; coffee; caramel; pistachio; strawberry atau bahkan champagne dan hanya akan meninggalkan rasa yang ingin membawa saya untuk datang dan datang lagi. Dengan banyaknya aneka pilihan menu, kadang pengunjung kerap bingung memilih apa yang terbaik. Saran saya, stick pada pilihan coklat saja. Pilihan lain seperti kopi dan sandwich nampaknya kurang menarik, tidak recommended. Lagipula, what's the point duduk di Chocolate cafe kalau hanya memesan kopi hitam dan sandwich? Salam lelehan coklat dari Sydney.

Dalam Perut Sang Raksasa Berbisik (in the belly of a whispering giant)

Julukan raksasa berbisik memang layak disandang oleh Airbus A380. Pesawat superjumbo bertingkat dua milik maskapai Singapore Airlines ini memang “nyaris tak terdengar suaranya”. Dalam perjalanan rute Kanguru (Singapore – Sidney - Singapore) saya terkagum-kagum oleh halusnya suara yang dihasilkan pesawat raksasa ini. Suara empat mesin Trent 900 buatan Rolls-Royce, Inggris, memang memberikan ketenangan bagi penumpang dalam penerbangan jarak jauh. Sayapun terpesona di dalam perut sang raksasa berbisik. Dengan semua kelebihan yang dimuat di berbagai media, A380 memang menerbitkan banyak rasa ingin tahu.

Oleh karenanya, saat pertama memasuki pesawat ini, saya seolah diajak untuk merasakan sebuah pengalaman rasa, a sense of indulgence. Interior pesawat ditata dengan apik dan cantik sehingga menimbulkan kesan mewah pada setiap detilnya. Tata ruang, pencahayaan kabin, pemilihan warna, lebih memberikan kesan hotel mewah ketimbang sebuah jet penumpang. Seperti apa siy terbang di kabin pesawat ini? Rasanya memang luar biasa. Anda harus mencicipi kelas terbarunya yang dinamakan suite class. Tempat duduk kelas ini dirancang oleh Jean-Jacques Coste, seorang perancang perahu pesiar (yacht) Perancis. Dan memang, duduk di kelas ini anda bagaikan seorang raja. Tempat duduknya bisa diubah menjadi ruang privat dengan kursi-kursi kulit dan dipan terpisah dengan kasur yang dibungkus kain berwarna krem rancangan Givenchy. Kalau anda membawa pasangan, batas pemisah bisa diangkat, dan ... hopla, anda bisa berbulan madu pada tempat tidur dobel di ketinggian 50,000 kaki.. Wooow eksotis bukan.

Di hamparan sekitar tempat duduk kita, ada colokan untuk laptop dan USB yang memungkinkan kita bekerja atau menyiapkan bahan presentasi dengan program Office yang tersedia. Sayang, saat saya mencobanya, program Star Officenya membutuhkan waktu loading yang lama. Anyway, buat apa juga kerja di pesawat mewah seperti ini. Lihat saja layar TV LCD ukuran 23 inci yang menyediakan 100 film yang bisa dipilih untuk ditonton. Pilihan musik, game, learning, drama tv, bahkan opera, akan memberikan kita hiburan yang menyenangkan di sepanjang perjalanan.

Ngobrol-ngobrol dengan pramugari SQ, yang entah bagaimana perutnya selalu rata, adalah juga sebuah pengalaman sendiri. Mereka begitu passionate menjelaskan cerita tentang pesawat ini. Bahwa selain kelas suite, A380 punya 60 kursi kelas bisnis di dek atas dan 399 kursi kelas ekonomi yang dibagi di bagian belakang dek atas dan dek bawah. Saya dan Hery, seorang penggila fotografer, menghabiskan sebagian waktu dari 7,5 jam perjalanan dengan menyusuri perut A380, naik turun deck melalui tangga yang ada di buntut pesawat, dan tak lupa mengabadikan momen. Sungguh sebuah pengalaman.

Labels: