Kala Panda Gairahkan Tokyo
Kota Tokyo kembali menemukan gairahnya. Kali ini, gairah tersebut berasal dari dua ekor Panda asal Cina, yang diberi nama Ri Ri dan Shin Shin. Kedua panda tersebut, sejak Jum’at (1/4), lalu untuk pertama kalinya dipertontonkan ke publik Jepang, di Kebun Binatang Ueno, Tokyo. Kota Tokyo pun dilanda oleh “Demam Panda”. Rencananya, kedua panda tersebut akan ditampilkan untuk umum pada tanggal 11 Maret 2011 lalu. Namun, karena terjadi bencana gempa dan tsunami di Jepang, penampilannya diundur hingga hari Jumat kemarin.
Sebelum kehadiran dua panda ini, Tokyo pernah memiliki seekor Panda bernama Ling- Ling. Namun pada tahun 2008, Ling Ling meninggal karena penyakit jantung. Sejak itulah, Tokyo tidak lagi memiliki Panda. Pemerintah Cina pun “meminjamkan” kembali dua ekor Pandanya kepada Jepang, sebagai bagian dari apa yang dinamakan dengan “Diplomasi Satwa”.
Saya sendiri ikut-ikutan terkena demam panda. Meski sejak kecil sering melihat gambar dan film panda, saya belum pernah sekalipun menyaksikan Panda hidup secara langsung. Bayangan Panda di kepala saya yang paling lekat adalah tokoh Poo yang bermain di film “Kung Fu Panda”. Kalau mengingat film itu, saya selalu berpikir bahwa Panda adalah binatang yang gemuk, lucu, dan mungkin bisa main Kung Fu.
Oleh karenanya, saya tidak mau melewatkan kehadiran dua “selebritas” Tokyo yang baru itu. Sayapun mengajak keluarga untuk pergi ke Kebon Binatang Ueno guna menyaksikan Panda. Di Stasiun Kereta Ueno, tak jauh dari Kebon Binatang Ueno, demam panda sudah terasa. Berbagai ornamen Panda terlihat di setiap sudut. Mulai dari souvenir, hingga makanan-makanan yang dibuat dengan tema Panda. Ada manju (kue Jepang) yang dibuat berbentuk panda, ada juga taiyaki yang dicetak berbentuk panda, dan ada coklat pisang yang dicetak wajah panda. Segalanya adalah tentang panda.
Antusiasme warga Tokyo terhadap Panda ini sungguh luar biasa. Sekitar 3000 orang lebih sudah mengantri panjang di depan kebon binatang sejak pagi hari, sebelum kebon binatang dibuka. Dua hari sebelumnya, pengunjung kebon binatang Ueno mencapai 8000 orang per hari, atau dua kali lipat dari biasanya.
Mulanya saya sempat ragu dan malas melihat ramainya orang mengantri untuk melihat panda. Saya paling malas ikut antrian yang sudah panjang mengular. Namun saya selalu kagum dengan kelebihan warga Tokyo, dan orang Jepang pada umumnya. Mereka selalu tertib mengantri. Kebiasaan mengantri memang bagian dari naluri bawah sadar orang Jepang. Kalau mengantri, dijamin kita tidak akan diserobot. Dan kalau nanti mereka dapat giliran melihat panda, pasti juga tidak akan berlama-lama, karena memikirkan orang lain yang mengantri.
Keyakinan ini yang selalu membuat saya menikmati antrian di Tokyo. Efisiensi antrian yang sangat baik, didukung oleh moral orang Jepang, membuat mengantri di Jepang bukan sebuah kerepotan. Akhirnya saya mengikuti ujung antrian untuk melihat Panda. Dan memang betul, kekhawatiran saya tidak beralasan. Hanya dalam waktu 20 menit, saya sudah berada di depan kandang Ri Ri dan Shin Shin.
Ri Ri, sang panda jantan, nampak sedang santai terlentang sembari asyik memakan bambu. Sementara Shin Shin, sang betina, tampil malu-malu membelakangi pengunjung. Kedua panda tampil begitu rileks dan santai. Hal ini rupanya menghibur warga Jepang yang sedang galau karena bencana. Melihat kedua panda tampil santai, saya mendengar seorang warga Jepang berkata, “Lihatlah Panda itu santai, sangat membangkitkan spirit kita di Jepang”.
Binatang memang berbeda dengan manusia. Mereka tampil tanpa taktik dan pretensi. Kepolosan mereka menjadikannya tulus dan memberi getar lain. Saat warga Jepang melihat Panda, mereka seperti mendapatkan aliran energi baru.
Dampak gempa dan tsunami tentu masih dirasakan oleh warga Tokyo. Krisis nuklir di Fukushima juga masih belum berakhir. Namun, kehadiran Panda di Tokyo telah membangkitkan semangat warga Tokyo. Mereka beramai-ramai keluar rumah dan menyaksikan Panda. Hal ini juga menunjukkan pada dunia, bahwa warga Tokyo tetap beraktivitas seperti biasa dan kondisi kota Tokyo relatif aman.
Salam Panda dari Tokyo.
Sebelum kehadiran dua panda ini, Tokyo pernah memiliki seekor Panda bernama Ling- Ling. Namun pada tahun 2008, Ling Ling meninggal karena penyakit jantung. Sejak itulah, Tokyo tidak lagi memiliki Panda. Pemerintah Cina pun “meminjamkan” kembali dua ekor Pandanya kepada Jepang, sebagai bagian dari apa yang dinamakan dengan “Diplomasi Satwa”.
Saya sendiri ikut-ikutan terkena demam panda. Meski sejak kecil sering melihat gambar dan film panda, saya belum pernah sekalipun menyaksikan Panda hidup secara langsung. Bayangan Panda di kepala saya yang paling lekat adalah tokoh Poo yang bermain di film “Kung Fu Panda”. Kalau mengingat film itu, saya selalu berpikir bahwa Panda adalah binatang yang gemuk, lucu, dan mungkin bisa main Kung Fu.
Oleh karenanya, saya tidak mau melewatkan kehadiran dua “selebritas” Tokyo yang baru itu. Sayapun mengajak keluarga untuk pergi ke Kebon Binatang Ueno guna menyaksikan Panda. Di Stasiun Kereta Ueno, tak jauh dari Kebon Binatang Ueno, demam panda sudah terasa. Berbagai ornamen Panda terlihat di setiap sudut. Mulai dari souvenir, hingga makanan-makanan yang dibuat dengan tema Panda. Ada manju (kue Jepang) yang dibuat berbentuk panda, ada juga taiyaki yang dicetak berbentuk panda, dan ada coklat pisang yang dicetak wajah panda. Segalanya adalah tentang panda.
Antusiasme warga Tokyo terhadap Panda ini sungguh luar biasa. Sekitar 3000 orang lebih sudah mengantri panjang di depan kebon binatang sejak pagi hari, sebelum kebon binatang dibuka. Dua hari sebelumnya, pengunjung kebon binatang Ueno mencapai 8000 orang per hari, atau dua kali lipat dari biasanya.
Mulanya saya sempat ragu dan malas melihat ramainya orang mengantri untuk melihat panda. Saya paling malas ikut antrian yang sudah panjang mengular. Namun saya selalu kagum dengan kelebihan warga Tokyo, dan orang Jepang pada umumnya. Mereka selalu tertib mengantri. Kebiasaan mengantri memang bagian dari naluri bawah sadar orang Jepang. Kalau mengantri, dijamin kita tidak akan diserobot. Dan kalau nanti mereka dapat giliran melihat panda, pasti juga tidak akan berlama-lama, karena memikirkan orang lain yang mengantri.
Keyakinan ini yang selalu membuat saya menikmati antrian di Tokyo. Efisiensi antrian yang sangat baik, didukung oleh moral orang Jepang, membuat mengantri di Jepang bukan sebuah kerepotan. Akhirnya saya mengikuti ujung antrian untuk melihat Panda. Dan memang betul, kekhawatiran saya tidak beralasan. Hanya dalam waktu 20 menit, saya sudah berada di depan kandang Ri Ri dan Shin Shin.
Ri Ri, sang panda jantan, nampak sedang santai terlentang sembari asyik memakan bambu. Sementara Shin Shin, sang betina, tampil malu-malu membelakangi pengunjung. Kedua panda tampil begitu rileks dan santai. Hal ini rupanya menghibur warga Jepang yang sedang galau karena bencana. Melihat kedua panda tampil santai, saya mendengar seorang warga Jepang berkata, “Lihatlah Panda itu santai, sangat membangkitkan spirit kita di Jepang”.
Binatang memang berbeda dengan manusia. Mereka tampil tanpa taktik dan pretensi. Kepolosan mereka menjadikannya tulus dan memberi getar lain. Saat warga Jepang melihat Panda, mereka seperti mendapatkan aliran energi baru.
Dampak gempa dan tsunami tentu masih dirasakan oleh warga Tokyo. Krisis nuklir di Fukushima juga masih belum berakhir. Namun, kehadiran Panda di Tokyo telah membangkitkan semangat warga Tokyo. Mereka beramai-ramai keluar rumah dan menyaksikan Panda. Hal ini juga menunjukkan pada dunia, bahwa warga Tokyo tetap beraktivitas seperti biasa dan kondisi kota Tokyo relatif aman.
Salam Panda dari Tokyo.
Labels: Panda Ri Ri, Panda Ueno Zoo
0 Comments:
Post a Comment
<< Home