Thursday, September 04, 2008

Lucia di Lammermoor

Bagi para pecinta opera, Lucia di Lammermoor adalah sebuah lakon yang masuk kategori must see. Inilah sebuah tragic opera (opera tragis) mahakarya dari komposer opera Gaetano Donizetti yang pertama kali dimainkan tahun 1836. Libretto-nya, atau narasi yang dituturkan dalam bahasa Italia, ditulis oleh Salvatore Cammarano. Lakon ini dipaparkan dengan sangat menawan di Sydney Opera House. Tata panggung, kostum, pencahayaan, akting, dan musik orkestra yang grandeur ditampilkan dengan sangat indah dan menawan. Saya menerjang dingin dan hujan untuk kemudian mengantri demi menonton Lucia. Sebuah kisah klasik tentang cinta terlarang yang tragis dan lirih.

Lucia adalah sebuah tragedi. Berlatar belakang Ravenswood Castle di Scotland, Lucia di Lammeermoor dipaksa menikah dengan pria bukan pilihannya. Kakaknya, Enrico, menginginkan ia menikah dengan bangsawan Arturo. Namun Lucia telah mengikat janji dengan pria lain, Edgardo, yang pernah menyelamatkannya dari serangan banteng liar. Sayangnya, Edgardo adalah musuh dari keluarga Lammermoor. Mengetahui cintanya tak mendapat restu keluarga, Lucia dan Edgardo memadu janji pada sebuah malam. Mereka bertukar cincin dan bersumpah untuk tetap menjaga kesucian cinta mereka. Dikisahkan kemudian bahwa Edgardo pergi bertugas ke wilayah Perancis. Sepeninggal Edgardo, kakak Lucia, Enrico, membuat sebuah rencana jahat agar Lucia dapat menikah dengan Arturo. Ia membuat surat cinta palsu dari Edgardo kepada Lucia yang mengatakan bahwa Edgardo telah menemukan wanita lain dan meminta Lucia melupakannya. Terpukul, sedih, dan merasa dikhianati, Lucia patah hati. Dalam kepatahhatiannya, Lucia dipaksa Enrico untuk menerima Arturo sebagai sang suami. Pesta besarpun diadakan oleh Enrico. Dikisahkan, Edgardo pulang dan mendatangi pesta pernikahan. Ia berang dan meminta kembali cincin Lucia. Edgardo mengutuk pernikahan, petir menyambar, Lucia pingsan.

Setelah itu, adalah adegan favorit saya. Di malam pertama pernikahan, Lucia yang patah hati, perlahan menjadi gila. Ia membunuh Arturo, dan membawakan aria (expresi melody) yang lirih memanggil-manggil Arturo. Emma Matthews, sang pemeran Lucia, membawakan Act III aria dengan sungguh menyentuh. Gambaran ekspresi kepedihan jiwa Lucia, diiringi oleh tata lampu dan musik, sungguh menggetarkan hati. Saat Lucia membawakan Act III aria, Il Dolce Suono (the sweet sound), suasana meremangkan buku kuduk dan merembeskan air mata. Saya yakin ada banyak keharuan mengembang di antara para penonton. Ujung kisah tragis ini sudah dapat diduga, Lucia mati merana karena cintanya. Edgardo, menyadari bahwa Lucia cinta sampai mati pada dirinya, berharap untuk menyatu dengan Lucia. Iapun menusuk dirinya dengan pisau, dan mati. Betapa cinta yang begitu indah dan penuh bunga asmara di sisi lain juga mengandung kepedihan. Cinta dapat membawa kegilaan. Memang, karena cinta itu sendiri adalah sejenis kegilaan.

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home