Thursday, April 02, 2009

Gardenia, Surga Kecil Tomohon

Dalam buku “10,000 places to see before you die”, mungkin nama Tomohon tak tercatat. Tapi bagi saya, ia adalah satu dari sekian titik kehidupan yang perlu dikunjungi. Tomohon adalah dataran tinggi di Provinsi Sulawesi Utara yang berjarak tempuh sekitar 30-45 menit dari kota Manado. Karena lokasinya di pegunungan, Tomohon juga terkenal sebagai kota bunga. Parade bunga adalah ritual tahunannya, seperti di Pasadena. Bunga berbagai rupa dan warna memeriahkan jalan-jalan di kota Tomohon. Mampirlah ke Gardenia, sebuah villa rumah yang sungguh asri dan penuh hati. Villa homestay yang terletak di tanah seluas 6 hektar ini berada antara kaki gunung Lokon dan gunung Mahabu. Pemandangannya luar biasa. Kebun bunganya beraneka warna. Bapak Leonard dan Ibu Bernadeth Ratulangi adalah pemilik villa tersebut. Villa ini menyediakan penginapan dalam bentuk bungalows yang dibuat dari kayu dengan arsitektur khas minahasa. Sembari duduk di beranda, ataupun mencicipi makanan di restoran, kita dapat menyaksikan pemandangan gunung Lokon dan Mahabu secara bersamaan. Cantik sekali.

Bapak dan Ibu Ratulangi menerima secara personal setiap tamunya. Hari itu, saya diajak oleh beberapa Opa, Prof Adrian Lapian dan Mr Ambassador Kartadjoemena, hadir untuk merasakan kenikmatan masakan ibu Bernadeth. Mereka bicara dalam bahasa Belanda, menghisap pipa, dan menghirup segelas wine. Sementara saya, dalam kekaguman, menikmati sajian masakan tuan rumah. Ibu Bernadeth memang kadang memasak sendiri hidangan bagi para tamunya. Beliau dulu adalah lulusan sekolah perhotelan di Swiss dan menjadi salah satu “guru” dari tokoh kuliner William Wongso. Malam itu sajiannya adalah lumpia goreng, sayur bayam, salad kebun (maksudnya bahan diambil dari kebun), grilled meat, dan kue-kue jajanan manado. Sayur bayamnya minimalis, terdiri hanya dari kuah bening dan bayam. Tapi rasanya tak seminimal tampilannya. Kaldu kuahnya sangat khas. Grilled sea food, ayam, dan sliced beef, mengisi main course kami. Kalau jauh-jauh hari memberi kabar, ibu Bernadeth akan menyiapkan “cheese fondue” spesialisasinya yang lezatnya tak terkira. Rangkaian “menu degustation” ini, terasa nikmat di lidah. Inilah “home where the heart is”, atau "the food lover's home". Semua disajikan dari hati yang terdalam. Keindahan lanskapnya, kenikmatan sajiannya, keramahan pemiliknya, tak akan lekang dimakan waktu. Itulah Gardenia di kota Tomohon.

Siang hari, sempatkan juga mampir ke pasar “uji nyali” Tomohon. Itulah pasar tradisional yang menyajikan “Bizzare Foods”. Segala mahluk dijual dan dimakan di pasar itu (demi kesantunan, mohon maaf untuk tidak menampilkan foto karena khawatir mengganggu selera makan tuan dan nyonya sekalian). Kelelawar atau paniki adalah makanan tersohor di pasar ini. Banyak tersebar dan digantung-gantung. Lihat juga daging tikus pohon yang besar dan “katanya” lezat. Di tusuk sate satu demi satu. Daging tikus ini bisa disajikan dengan dipanggang atau digoreng. Ada juga daging ular, kucing, anjing, dan tentu, babi yang banyak bergelimpangan. Semua disajikan di pasar Tomohon. Secara berkelakar, seorang kawan yang ikut mengatakan bahwa Tomohon tak akan pernah punya kebun binatang. Karena tentu, semuanya akan lebih dulu disajikan di pasar. Menarik. Inilah festival bizzare food Tomohon. Di balik keindahan dan keasrian lanskap pegunungan, Tomohon menyimpan keunikan tersendiri.

Katupe Padang Pasar Mayestik

Minggu lalu saya menemani istri belanja ke pasar Mayestik. Dan Pasar Mayestik sungguh majestic. Mampirlah ke sana kalau mau cari sarapan yang berbobot. Di pasar Mayestik ini, ada ketupat sayur padang yang dahsyat. Buat para penggemar ketupat sayur padang, atau "katupe" sayur, pasti sudah memahami cita rasa tak terlupakan dari sajian di pasar ini. Varian ketupat Padang memang unik. Kalau ketupat sayur betawi menggunakan sayur semur dengan berbagai jenisnya, dan kalau ketupat sayur Jawa menggunakan sayur opor atau labu siam, maka ketupat sayur padang tampil dengan guyuran kuah gulai cubada’ (nangka), dan kerap pula memakai sayur paku (pakis). Taburan krupuk warna pink es doger (warna disko dangdut) juga menjadi ciri dari ketupat sayur padang. Plus juga, deraian kripik singkong baladonya, membuat katupe sayur makin menggiurkan.

Di pasar Mayestik, ketupat sayur padang berjalan melintasi zaman. Ia menjadi menu sarapan pagi berbagai generasi yang tak boleh dilewatkan kalau anda mampir ke sana. Ketupat Sayur Padang Uni Suwarni misalnya, sudah lebih dari 25 tahun berjualan di sana. Kadang di tenda, kadang diusir oleh Tramtib sehingga ia kerap berjualan di belakang mobilnya. Cicipi satu piring ketupatnya. Pilihlah kondimen ati dan limpa sebagai pendamping gulai cubada'. Wuiiiih, menggetarkan lidah. Ueeenaak tenan. Endang gulindang. Sip Markusip. Dan Top markotob. Kegurihan dari gulai cubada, berpadu dengan kelindan ati dan limpa, menjadikan katupe sayur padang Uni Suharti semakin lezaaat.

Kalau berkesempatan ke pasar Mayestik, atau menemani istri belanja, maka selain belanja mata, belanja katupe sayur adalah kenikmatan yang luar biasa. Sembari menunggu belanjaan beres, perut kenyang dan hati senang. Selamat menikmati Katupe Sayur.....