Thursday, April 27, 2006

Makan Kaledo di Palu

Kalau kita mampir ke Palu, Sulawesi Tengah, coba tanyakan pada setiap orang di sana. “Apa makanan khas kota Palu?” Jawabannya selalu sama: Kaledo. Itu juga jawaban yang saya dapatkan saat mampir di sana. Kota Palu dapat ditempuh melalui penerbangan selama 45 menit dari Makassar. Lokasinya yang indah di teluk, memberikan Palu hamparan pemandangan yang menawan. Perpaduan antara keelokan teluk nan asri dan bukit-bukit hijau di belakangnya.

Dan memang, kurang sempurna kunjungan kita ke Palu bila tidak mencicipi Sup Kaledo. Kedengarannya sangat eksotis bukan? Tapi Kaledo adalah akronim atau singkatan dari kaki lembu Donggala, atau Kaki Sapi dari Donggala. Donggala adalah Kabupaten terbesar kedua di Sulawesi Tengah setelah Kabupaten Morowali. Jadi, pada dasarnya, kaledo adalah sup kaki sapi. Sup ini disajikan secara eksotis, potongan daging masih menempel pada tulang-tulang kaki yang besar. Sup Kaledo termasuk ke dalam sup dengan varian kuah bening. Disajikan dan dimakan bersama dengan singkong rebus. Bahan dasar sup memang tulang kaki sapi yang dimasak dengan campuran asam jawa (tamarind) mentah dan cabe rawit hijau. Memasak Kaledo membutuhkan seni tersendiri. Pemilihan bumbu dan waktu memasak tulang sangat menentukan. Kemampuan memisahkan lemak dari kaldu juga sangat dibutuhkan. Bila ini gagal dilakukan, maka kuah kaldu akan terlalu banyak mengandung lemak (oily). Para penggemar makan tentu mengetahui bahwa kaki Sapi adalah bagian dari Sapi yang mengandung banyak lemak.

Mungkin buat beberapa orang, apalagi yang vegetarian, tampilan Kaledo bisa menimbulkan trauma karena melihat potongan tulang kaki yang besar-besar. Tapi bagi mereka yang telah mencoba makanan ini, mulut kita akan segera meneteskan liur yang tak tertahankan, terutama saat kelembutan daging dan kaldu tulang yang begitu juicy meresap dalam rasa dan kuahnya yang asam pedas segar. Makan Kaledo adalah pengalaman yang dahsyat, bukan hanya karena kita sibuk menggerogoti daging empuk yang menempel di tulang, tapi juga menyeruput sumsum yang tersembunyi di dalam tulang kaki itu sendiri. Nikmat.

Mencari Kaledo di Palu sangat mudah. Daerah Loly terkenal sebagai tempat makan Kaledo yang nikmat. Di jalan Diponegoro juga banyak terdapat warung Kaledo. Beberapa yang terkenal antara lain Kaledo Stereo, atau ada juga Kaledo Skop (mungkin plesetan dari Kaleidoskop). Atau bisa juga mencoba Warung Kaledo yang memiliki view bukit dan teluk Tomini, namanya Mutiara Indah, di jalan Translik Dupa. Kaledo adalah sebuah pengalaman kuliner di kota Palu. Memasaknya perlu ketrampilan. Tapi yang paling penting, memakannya perlu kecermatan, jangan banyak-banyak getooh maksudnya….

Tuesday, April 18, 2006

Dhow Dinner di Kuwait

Jauh sebelum menjadi negara kaya minyak seperti saat ini, Kuwait adalah negeri maritim. Pelabuhan Kuwait di awal abad 19 terkenal sebagai pelabuhan dagang. Kini, kekayaan sejarah maritim Kuwait tersebut, diabadikan di Museum Maritim yang terletak di kawasan Hotel Radison SAS, Kuwait. Selain memajang berbagai jenis kapal kayu dan peninggalan bersejarah, di sana juga dibangun kapal kayu (dhow) ukuran besar yang sangat impresive. Kapal ini tercatat sebagai kapal kayu terbesar di dunia menurut Guiness World Records. Kapal itu juga berfungsi sebagai restoran terapung yang mewah, yang dinamakan Al Hashemi II. Nama ini diambil dari keluarga nenek moyang pemilik hotel Radisson Kuwait, Husain Marafie. Kapal kayu Al Hashemi II dibangun di atas laut. Kayunya didatangkan dari Kamerun dan Pantai Gading yang terkenal dengan jenis kayunya yang khas. Kapal itu luar biasa besar. Tingginya sampai 50 meter, pakunya saja sudah seberat 80 ton. Total berat kapal adalah 2500 ton. Al Hashemi II terdiri dari dua deck. Deck atas digunakan untuk melihat view laut. Grand Ballroom yang megah terdapat di deck bawah. Ballroom ini berfungsi sebagai tempat menjamu makan para tamu. Ballroom tersebut bisa memuat tamu hingga lebih dari 1000 orang.

Menghadiri gala dinner di atas dhow sungguh mengesankan. Ratusan meja bundar tersebar dalam ballroom yang luas. Berbagai variasi menu pembuka khas Timur Tengah diatur di atas meja makan kita. Fuul, mutabar, dan houmos adalah tiga makanan pembuka standar di sana. Fuul adalah saus bubur yang dibuat dari kacang polong (chickpeas), bawang putih dan lemon, biasanya di tengahnya ada genangan minyak zaitun. Houmos adalah chickpeas masak yang dicampur dengan bawang putih dan lemon. Kesemuanya itu dimakan bersama dengan roti Arab, sesuai dengan selera kita. Kita bisa membuat Felafel, atau sandwich Timur Tengah dari berbagai pilihan hidangan pembuka itu. Ambil sepotong pita bread, isi dengan chickpeas, tomat, dan timun. Selain itu, ada juga menu lain yang sangat saya gemari, daun anggur yang dibumbu cuka, digulung dan di dalamnya ada semacam nasi dan daging. Hampir mirip dengan arem-arem bentuknya. Cuma rasanya agak kecut saja. Lain-lainnya, kebab, keebah, bertebaran bersama dengan menu pembuka lainnya. Hidangan pembuka di Timur Tengah sebenarnya sudah cukup buat mengisi perut kita. Tapi ternyata masih ada pilihan makanan pokok, antara lain kebab ayam, daging, dan sayur-sayuran. Gouzi yang merupakan kambing utuh panggang di atas nasi adalah menu andalan.

Mulanya memang membingungkan saat hendak mulai menyantap makanan yang begitu banyak. Darimana memulainya dan bagaimana memakannya. Itu pertanyaan dasar. Tapi menurut seorang kawan dari Kuwait, makanan timur tengah tak terlalu repot memakannya. Roti arab cukup disobek dan dicocol ke sausnya. Tak perlu menggunakan pisau. Sementara untuk menu utama, tak ada cara khusus. Memang ada di beberapa tempat yang makan menggunakan tangan, tapi tidak di acara resmi. Namun yang menarik adalah, meski masakan timur tengah banyak variasinya, jenisnya hanya itu-itu saja. Ini terbukti dari beberapa kali jamuan makan di sana, makan pagi, siang, malam, di berbagai tempat, menunya sama. Jadi kapanpun kita makan, menu-menu tadi tak akan banyak berubah. Tentu makanan tanah air masih lebih banyak tipenya. Jadi, meski makanan di Timur Tengah dahsyat, jangan lama-lama tinggal di sana. Karena esok dan keesokan harinya kita akan ketemu menu yang sama lagi hehe...

Monday, April 17, 2006

Destinasi Kuwait

Saat Saddam Hussein menginvasi Kuwait, dia pasti punya alasan yang kuat. Dan saya rasa memang benar. Kalau kita sempat melihat Kuwait, alasan itu terhampar nyata di sana. Di tengah debu gurun dan teriknya udara padang pasir, Kuwait adalah metropolis di tengah kekeringan. Gedung mewah, mall megah, dan bangunan modern mewarnai negeri itu. Kuwait kaya minyak. Mengeskpor minyak dan mengimpor segalanya. Meski mengimpor segalanya, dengan ekspor minyaknya, Kuwait masih mencatatkan surplus sebesar lebih dari USD 10 miliar di neraca perdagangannya. USD 6 miliar diinvestasikan lagi. Dan USD 4 miliar dibagi-bagikan pada penduduknya yang hanya berjumlah sekitar 2 juta orang. Setiap anak mendapatkan USD 60,000 saat menginjak usia 16 tahun. Mobil mewah dari berbagai merek berseliweran di jalan-jalan kota Kuwait. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari perbatasan Irak yang sedang dirundung banyak masalah. Jadi, tak heran kalau bikin iri. hehe..


Tapi siapa menyangka kalau Kuwait dulu, di abad 18, hanyalah sebuah perkampungan badui arab yang gersang. Mereka hidup di sekitar teluk arab dan bermatapencaharian sebagai nelayan. Kuwait terkenal sebagai bangsa maritim, nelayan, dan pembuat kapal kayu yang baik. Mereka berlayar ke Baghdad dan Damascus untuk berdagang. Kuwait kemudian terkenal sebagai pelabuhan dagang di teluk arab. Sisa-sisa kejayaan bangsa nelayan ini masih dapat dilihat kalau kita mengunjungi Museum Maritim Kuwait. Selain itu, menarik juga untuk jalan-jalan ke Kuwait Fish Market. Di pasar ikan ini, berbagai ikan dari teluk Arab dijejer dengan rapi. Ada ikan kerapu yang segede alaihim, ada hammour, dll. Kondisi Pasar Ikan Kuwait sangat rapi dan bersih, jauh berbeda dengan pasar Ikan Muara Karang. Bau ikan yang amis nyaris tidak tercium. Ikan juga adalah salah satu makanan favorit bagi masyarakat Kuwait.


Selain ke Fish Market, kunjungan ke Kuwait belum lengkap apabila belum mengunjungi Kuwait Tower di daerah Sharq. Menara ini didirikan pada tahun 1979 oleh perusahaan Swedia. Keseluruhannya ada tiga menara. Yang tertinggi mencapai 187 m. Di menara tertinggi, selain ada observation deck yang bisa melihat kota Kuwait, di situ juga terdapat restaurant, coffe shop, and banquet room. Selain berkunjung ke Kuwait Tower, tempat lain yang dapat dikunjungi adalah The National Museum, yang menyimpan koleksi Seni Islam milik keluarga Al Sabah, penguasa Kuwait. Bisa juga kita mengunjungi Tareq Rajab Museum, juga menyimpan koleksi seni Islam. Kemudian ada Sadu House yang merupakan museum seni dan kerajinan dari masyarakat Badui Arab. Museum menunjukkan bagaimana peradaban suatu negara. Memang museum di Kuwait tak sebanyak di Tehran, atau mungkin di Baghdad, yang memiliki sejarah dan peradaban lebih lama dan besar. Tapi tak ada salahnya untuk dilihat. Kalau anda tidak mau dijuluki "wisatawan mall", cobalah kalau berkunjung ke beberapa tempat, kita mencicipi heritage tour, ataupun ecotour. Nah, kalo masih sempet, barulah mall-tour hehe...

Friday, April 07, 2006

Singapore Chili Crab


Setiap pergi ke Singapura, tawaran yang tak dapat ditolak adalah saat kita diajak mencicipi Singapore Chili Crab. Dahsyat, Sensual, dan "Penuh Dosa". Kebanyakan teman yang saya temui mengatakan bahwa kalau pergi ke Singapura, mereka agak konvensional, khususnya dalam memilih makanan. Rupanya saya juga begitu. Kepiting adalah unofficial "national dish" dari Singapura. Meski kita suka mengklaim bahwa kepiting Kendari, Balikpapan, ataupun Ternate jauh lebih enak, dengan lapang dada harus kita terima kenyataan bahwa Singapura lebih bisa menjual secara internasional.

Seperti negaranya sendiri hidangan kepiting dimulai dari sebuah cerita kecil. Pada tahun 1950, seorang juru masak terkenal waktu itu, Madam Cher Yam Tian, menciptakan sebuah resep dalam menyiapkan kepiting segar dari laut. Dia dan suaminya, Mr. Lim Choon Ngee, kemudian mendirikan sebuah kedai makanan yang menjual kepiting di tepi pantai. Mereka berjualan setiap hari, dari pagi hingga malam hari, ditemani sinar dari lampu kerosen. Itulah versi pertama dari Singapore Chilli Crab. Kedai Madam Cher itu terletak di daerah East Coast Seafood Centre yang kini terkenal. Di sana terdapat puluhan restoran yang menyajikan Chili Crab setiap malam.


Menyantap Kepiting di East Coast Seafood Centre sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Dengan saus yang generous terbuat dari cabe merah, saus tomat, telur, dan daun bawang, Chili Crab sangat sedap disantap dengan tangan telanjang. Jangan terlalu “jaim” kalau makan chilli crab. Gunakan gigi anda, sedot daging yang tersembunyi di sela-sela capit, pukul dan pecahkan bagian yang keras, sobek roti mantau untuk membersihkan saus yang menjalar di tangan. Semua itulah kerja keras dalam menyantap Chilli Crab! Selain saus chili, varian lain dari Kepiting Singapura adalah lada hitam atau Black Pepper Crab. Rasanya sama-sama jagoan. Jadi kalau belum puas mencoba chili crab, untuk menu lanjutan silakan pesan Black Pepper Crab. Tapi demi orang-orang yang mencintai anda, cicipilah secukupnya saja.

Sunday, April 02, 2006

World-Class Gourmet Cuisine at 10,000 m

Penerbangan antar negara, atau antar benua, adalah laku yang bisa membosankan. Tapi laku itu juga bisa menyenangkan kalau kita rajin mengamati berbagai hal selama perjalanan. Satu hal yang sering saya catat adalah sajian makan di pesawat (inflight meals). Singapore Airlines masih menempati posisi jagoan untuk hal ini. Baru-baru ini SQ memiliki program baru berkaitan dengan menu penerbangan yang dinamakan “Book The Cook”. Program ini memungkinkan para penumpang untuk memesan di muka, menu yang akan disajikan selama penerbangan. Singapore Airlines memiliki 8 juru masak handal dari berbagai negara untuk duduk sebagai International Culinary Panel. Mereka bertugas mendesain dan menciptakan inflight meals yang unik untuk disajikan di Singapore Airlines. Harapannya adalah agar penumpang dapat merasakan menu restoran kelas atas – di ketinggian 10,000 meter. Salah satu chef yang duduk dalam panel itu adalah Matthew Moran. Ia adalah chef terkenal di Australia dan pernah mendapat penghargaan dari Sidney Morning Herald.

Perjalanan Dubai – Singapore menjadi salah satu pembuktian kehebatan para ahli masak tersebut. Appetizer yang disajikan adalah “Prawn and Scallop in Balsamic and Fennel Salad”. Menurut saya rasanya cukup berbumbu dan lezat. Udangnya segar dan scallopnya terasa hidup dalam kuluman lidah. Untuk main course-nya ada tiga pilihan, grilled beef, marinated chicken, dan duck leg. Saya sengaja memilih duck leg dengan alasan bahwa memasak bebek butuh penanganan khusus. Apabila bebek disajikan sempurna, maka menu lain biasanya mengikuti. Judul menunya “Spiced Duck Leg in A Honey Citrus Sauce with Roasted Vegetables and Potatoes”. Sekali lagi menu ini patut “dipoedjikan”. Daging bebeknya empuk, bumbunya terasa sampai ke tulang-tulangnya. Dalam perjalanan lain, saya pernah mencoba juga “Grilled beef with black peppercorn sauced, roasted vegetables, and gratin potatoes”. Kemudian yang juga mengesankan adalah sajian daging domba pada perjalanan Singapore – Jakarta. Namanya “Seared Lamb in Shallot-Rosemary Gravy with Stewed Vegetables and Mashed Potatoes”. Sungguh sebuah upaya yang serius dari SQ untuk meningkatkan pelayanan mereka. Pelajaran yang saya lihat adalah bahwa keseriusan bukan dilihat dari hal-hal besar, tapi bagaimana kita melakukan hal-hal kecil dengan kesungguhan hati.

Tapi rupanya tak semua orang sependapat dengan saya soal menikmati inflight meals selama penerbangan. Grace, wanita muda singapura manis yang duduk di sebelah saya, mengatakan bahwa yang penting selama penerbangan adalah selimut dan bantal. Ketika pesawat mulai terbang, tidurlah. What do you expect at 10,000 m, katanya. Menu makanan jelas lebih enak di restoran. Pilihannya pun lebih banyak. Di satu sisi, saya sependapat dengan Grace. Tapi dalam perjalanan saat itu, Grace tampak lupa dengan kata-katanya. Ia tak terlihat tidur sama sekali. Sebaliknya, ia justru menikmati menu makanan, dan yang jelas menikmati pembicaraan dengan saya, mulai dari pekerjaan, film, dan yang terpenting…. ya makanan hehe…