Monday, May 25, 2009

Suatu Senja Bersama Dua Nyonya

Satu lagi tempat nongkrong baru bagi penggemar ngupi-ngupi Ibu Kota. Namanya “Dua Nyonya”, letaknya di jalan Cikini Raya. Dua Nyonya, yang bertempat di kawasan konservasi kuno Cikini, menggunakan bangunan bersejarah yang cantik. Suasana kafe dan restoran bernuansa Indische sungguh apik dan unik. Nama Dua Nyonya diambil dari dua nyonya pemilik kedai ini, yaitu Nyonya Chatib Basri (Dana Iswara) dan Nyonya Rizal Mallarangeng (Dewi Mallarangeng).
Karena kedai ini dimiliki oleh dua nyonya, maka sangatlah tepat kalau memilih nyonya-nyonya, ataupun mereka yang segera menjadi nyonya, untuk mendampingi kita mencecap secangkir kopi. Mengajak nyonya-nyonya memang sangat tepat, mungkin karena nuansa restorannya yang klasik.
Bagi para penggemar kopi, temukan sajian kopi yang sungguh lengkap di sini. Mulai dari kopi tubruk, Toraja, Aceh, Lampung, hingga kopi luwak bagi para “die harder” peminum kopi. Coba juga deretan specialty-nya, seperti expresso, macchiato, cafe latte, cappuccino, hingga ice blended frappe macchiatto. Cicipi “iced irish cream coffee frappe”. Rasanya sungguh segar. Kopi, susu, dan sirup irish, diblend dan diblender jadi satu. Kemudian diberi whipped cream, dan disajikan dingin. Hmmmm sungguh segar.Untuk makannya, deretan menu tersedia dan bakal membuat anda kewalahan dalam memilih.
Menu jagoan yang ditawarkan di sini adalah Iga Bakar 2 Nyonya. Iga-nya cukup besar dan lembut, disajikan bersama sayuran dan kentang goreng. Mantap rasanya. Anda bisa pilih juga deretan nasi bakar, dendeng batakok, dan menu jagoan lainnya, yaitu nasi asam padeh. Menu ini menyajikan nasi dan gulai asam padeh yang dibuat sedikit fusion.
Kalau kita tidak mau makan berat, deretan appetizer, cake, hingga dim sum tersedia di sini. Untuk beberapa nyonya, mungkin tertarik mencicipi Tempe Mendoan sebagai teman menghirup secangkir kopi. Sembari bercengkerama, tempe mendoan ini adalah kawan yang serasi. Tempe disajikan “blenyek” (khas mendoan) dengan cabe rawit yang pedas. Namun, kalau anda tidak mau cemilan yang gurih, bisa pilih "brownies with ice cream" yang tampil cukup “sinfull”, ataupun sajian manis lainnya.
Dua Nyonya mengusung tema “Vintage Batik, Clothing, and Many More”. Rupanya kafe ini juga menyatu dengan butik batik milik kedua nyonya tadi. Batiknya berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Aneka pilihan kain juga tersedia, bagi para Nyonya, dan tentu, para Toean-toean sekalian. Usai makan, sempatkan menengok butik batik milik Dua Nyonya.
Ingin ngopi bersama Dua Nyonya? Datanglah ke Dua Nyonya......


Labels:

Eksotisme Tengkleng Solo

Buat para pemula di ranah kuliner, makanan ini terkesan sungguh barbaric. Tapi bagi para penikmat, inilah eksotisme kuliner yang sangat sensasional. Pergilah ke Solo dan cicipi “Tengkleng Solo”. Tengkleng adalah sajian dahsyat yang “die die must try” kalau anda pergi ke Solo. Inilah makanan para Dewa. Saat pergi ke Solo beberapa waktu lalu, tengkleng menjadi tujuan utama saya. Cobalah tengkleng di pasar Klewer, persis di bawah gapura masuknya. Tengkleng ini terkenal sejak tahun 1971 dan menyajikan tengkleng di atas pincuk daun pisang.
Tapi, tengkleng jagoan lainnya di kota Solo adalah Tengkleng Cemani. Rasanya sungguh lezat, mendegut ludah, dan tob markotob. Tengkleng ini dibuat khusus untuk penggemar. Artinya, hanya dibikin sesuai pesanan. Nah, kalau kita ingin makan ramai-ramai, rekomendasi saya adalah Tengkleng Cemani ini. Dalam nomenklatur kuliner, Tengkleng adalah sejenis gule encer yang berisi jeroan dan tulang-tulang kambing dari seluruh bagian tubuhnya, khususnya bagian kepala.

Alkisah, Tengkleng adalah “Soup for the Poor”. Pada jaman dulu, hanya toean dan noni Belanda yang bisa makan gulai daging dengan kuah kental. Sementara kaum kuli dan rakyat jelata hanya bisa melihat mereka makan. Sisa-sisa bagian kambing selain daging, yaitu tulang-belulang dan jeroan, dibuang oleh para orang kaya. Dan para kuli mengambil sisa-sisa tulang tersebut lalu merebusnya dengan kuah encer yang minimalis.
Bertahun-tahun kemudian, tengkleng menjadi khas dan makanan kaum berpunya. Tengkleng juga mulai disajikan di berbagai hotel bintang lima. Meski demikian, tengkleng asli adalah tengkleng yang disajikan dengan tulang belulang. Hal tersebut karena saat ini mulai banyak warung tengkleng fusion yang justru menyajikan tengkleng berisikan daging iga, bahkan daging tanpa tulang. Tentu saja penyajian itu sudah meleset dari pakem "keimanan" tengkleng sejati.

Berhati-hatilah sebelum mencicipi tengkleng ini karena anda akan menemukan pemandangan yang "mengerikan". Tengkleng cemani menyajikan mata kambing, lidah yang masih menempel di rahang kambing plus giginya, otak kambing, pipi kambing, jeroan, dan berbagai bagian tubuh kambing lainnya. Tapi bagi penggemar, inilah puncak orgasmus kuliner. Seruput pula kuahnya pelan-pelan. Meski minimalis, kuah Tengkleng sungguh lezat. Rasa kuahnya gurih asam dan manis yang terdiri dari campuran dari kemiri, kunyit, bawang merah dan bawang putih yang dihaluskan. Bumbu-bumbu tersebut direndam bersama tulang belulang kambing dan dimasak hingga 4 jam, sehingga bumbu lebih meresap dan daging lebih empuk.

Hmmm, tertarik? Berkunjunglah ke Solo dan cicipi Tengkleng... mbeeeek... mbeeekkk....

Mencicipi Bakso-nya SBY

Buat pemerhati kuliner, sekaligus pemerhati politik, tentu sering mendengar nama Bakso Sukowati Cikeas. Inilah bakso kegemaran pak SBY. Sejak pak SBY belum jadi Presiden, hingga mau jadi Presiden lagi, nama Bakso Sukowati lekat pada dirinya. Menurut info mas Inu Kompas, setiap ada acara partai Demokrat, rapat, ataupun sekedar acara keluarga, bakso Sukowati selalu disajikan di rumah SBY. Kalau SBY itu RI-1, maka Sukowati adalah Bakso-1, “first bakso” negeri ini.

Letak Bakso Sukowati persis di ujung jalan sempit menuju Puri Cikeas Indah. Awalnya adalah sebuah warung kecil. Namun, karena sekarang bakso Sukowati sudah masuk dalam pilihan kuliner elite politik, pemiliknya membangun restoran yang lebih besar dan layak, tak jauh dari warung lamanya. Sebuah indikator dari dunia politik kita, bahkan bakso pun bisa bertambah sukses dan makmur bila aktif di dunia politik.

Tapi mari kita lupakan politik, fokuslah pada Bakso Sukowati. Di jejeran kulinerisme Indonesia, bakso adalah makanan sejuta umat. Sejak kita kecil hingga kita dewasa, hampir tidak ada warga negara Indonesia yang tidak pernah makan bakso. Oleh karenanya, tentu kita akan bertanya, apa yang istimewa dari Bakso Sukowati, selain kesukaan dari pak SBY? Dari hasil pencicipan yang mendalam, dan dengan beberapa studi perbandingan, saya menyimpulkan Bakso Sukowati ini memang bukan bakso biasa. Secara umum penampilan, Bakso Sukowati memang sama dengan bakso biasa, yang dibuat dari campuran daging sapi dan tepung.

Namun, kalau dicicipi perlahan dan penuh arti, kenikmatannya muncul dari balik lembutnya daging bakso. Bakso sendiri adalah makanan yang terkenal akan relatfitas rasanya. Tak ada bakso yang rasanya standar. Campuran cuka, kecap, saus, atau sambal dari kita akan sangat menentukan. Tapi, menurut Einstein kepada juru masaknya (dalam buku What Einstein told his Cooks), kaldu dan paduan bumbu dari daging bakso menjadi kunci. Di sinilah kelebihan Sukowati. Bakso Sukowati ini dibuat tanpa menggunakan boraks dan pengawet. Cobalah satu bakso, rasakan di langit-langit mulut anda. Rasa daging sapinya begitu lembut. Daging sapi diolah terlebih dahulu dengan bauran bumbu merica, garam, bawang merah, dan bawang putih goreng yang ditumis. Sesekali di dalam daging bakso tersisa butir bawang putih goreng. Hmmmm nikmat juga.

Soal kuah, kaldu tulang dan daging menjadi kunci kelezatan kuah bakso Sukowati. Dalam buku "Bone 101", kaldu tulang memang menambah cita rasa kuah sup atau bakso. Kuah Bakso Sukowati sungguh segar. Untuk bihun dan mie-nya, standar bakso. Namun mie kuningnya adalah buatan sendiri yang dibuat tanpa pengawet. Secara umum, Bakso Sukowati layak dicoba kita semua.

Jadi, kalau anda kebetulan lewat daerah Cikeas, mampirlah ke sana.

Nikmati terus baksonya, Lanjutkan !!

Labels: ,