Don Giovanni
Siapa tak kenal Don Giovanni? Tatapan matanya menenggelamkan setiap wanita. Rayuannya menebar megap megap romantis, dan senyumnya membakar api asmara. Setiap wanita yang ditemuinya, dijamin akan “termehe-mehe”. Don Giovanni adalah opera mahakarya Wolfgang Amadeus Mozart, yang pertama kali dimainkan pada tahun 1787 di Praha. Akhir bulan Agustus lalu, Don Giovanni kembali dimainkan di Sydney Opera House. Opera ini, yang merupakan gubahan dari kisah Don Juan, librettonya ditulis oleh Lorenzo Da Ponte. Dan malam itu, saya menjelajahi sebuah lakon spektakuler yang telah dimainkan lebih dari 200 tahun ini.
Don Giovanni adalah pria berkelas tinggi yang senang berfoya-foya dan menggoda wanita. Sebanyak 1003 wanita takluk padanya di Spanyol, 640 di Italia, 231 di Jerman, 100 di Prancis, dan 91 di Turki. (adegan ini diceritakan secara komedi dalam aria Leporello: "Madamina, il catalogo è questo -- Non, ini katalognya."). Namun, Don Giovanni bukan bercerita tentang kesuksesan seorang Don Juan. Lakon ini lebih bercerita tentang akibat perbuatan Don Giovanni pada berbagai wanita. Don Giovanni harus menghadapi hubungan yang rumit dengan Donna Anna, Donna Elvira, dan Zelrina. Ketiganya adalah korban cinta dan rayuan Don Giovanni. Donna Anna dirayu di kamarnya hingga secara tidak sengaja Don Giovanni membunuh ayah Donna Anna, Commandetore, karena memergokinya. Donna Elvira dijanjikan untuk dinikahi, namun ditinggal lari, dan Zelrina dirayu tepat di hari pernikahannya. Ketiga wanita itu menuntut pertanggungjawaban sekaligus ingin membalas dendam pada Don Giovanni. Kehidupan Don Giovanni, bersama dengan pembantunya Leporello, tak tenang karena dikejar-kejar kesalahan.
Act II opera ini berujung pada sebuah kisah tentang upaya pertobatan. Donna Elvira mendatangi Don Giovanni, kebenciannya sudah hilang. Yang tersisa adalah rasa kasihan melihat Don Giovanni masih tetap melakukan aksi-aksi rayuan kemana-mana. Donna Elvira meminta Don Giovanni untuk bertobat. Don Giovanni menolaknya, baginya wanita dan arak adalah esensi dari kemuliaan hidup. “They are more to me than the breath I take”, tegas Don Giovanni. Setelah itu, arwah Commendatore, ayah Donna Anna, muncul. (ia membawakan aria "Don Giovanni! a cenar teco m'invitasti - Don Giovanni! Kamu telah mengundangku untuk makan denganmu"). Dia menyuruh Don Giovanni untuk bertobat dari kehidupan sesatnya, tetapi sekali lagi Don Giovanni menolak mentah-mentah. Arwah Commendatore pun akhirnya mengutuk dan menyeret Don Giovanni ke dalam tanah. Api neraka menyelimuti Giovanni sambil ditarik ke dalam. Itulah akhir dari Don Giovanni. Seorang filsuf Denmark, Soren Kierkegaard, mengangkat adegan penolakan bertobat Don Giovanni ini dalam sebuah perdebatan filsafat yang panjang dan menarik. Bahkan Kierkegaard menulis “If you marry, you will regret it; if you do not marry, you will also regret it; if you marry or do not marry, you will regret both; whether you marry or do not marry, you will regret both.”