Buah Tin, Buah Zaitun
Sebagian besar dari kita pernah mendengar nama buah Tin. Tuhan menyebutnya dalam Al Qur'an di surat At Tin. "Demi buah Tin dan Buah Zaitun...". Tapi seumur-umur, saya belum pernah melihat, apalagi merasakan yang namanya buah Tin. Kalo buah Zaitun, masih mudah untuk kita dapatkan di Jakarta. Tapi buah Tin? dimana ya yang jual? Mungkin ada yang bisa kasih saya info?
Di Tehran, saya sempat mencicipi yang namanya buah Tin. Saat itu acara jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Reserve Bank of Iran (RBI) di klub privatnya yang luas dan eksotis di pinggiran kota Tehran. Bentuk buahnya seperti gabungan antara peach dan kurma. Yang disajikan saat itu adalah buah Tin yang sudah diolah, dibuat seperti manisan. Rasanya masam manis. Seperti kurma tetapi serat buahnya lebih kenyal. Khasiatnya, kata orang-orang Iran, luar biasa bagi kesehatan tubuh. Kalau kita ingin membawa buah Tin sebagai oleh-oleh, hampir semua toko buah di Tehran menjual buah Tin yang sudah dikeringkan. Seperti kurma di Arab, buah Tin begitu mudah didapatkan di Tehran. Selain buah Tin, oleh-oleh yang paling sering dibawa dari Tehran adalah Kacang Pistachio. Iran terkenal sebagai penghasil Pistachio terenak sedunia.
Soal makanan, menu makanan Iran hampir mirip dengan menu makanan di Timur Tengah. Saat saya menghadiri makan malam, menu utamanya seperti Gouzi, tapi jenis kambingnya lebih besar. Satu kambing utuh diletakkan atas meja lengkap dengan, maaf, biji2nya. Kambing ini dipanggang dan disajikan di atas nasi. Selain itu ada ikan hammour, saya kurang jelas namanya, yang besarnya hampir sama dengan kambing itu sendiri. Ikan ini juga disajikan utuh di atas meja, lengkap dengan bumbu-bumbunya.
Tapi yang paling saya sukai dari jamuan itu justru makanan khas Iran. Misalnya nasi yang dimasak pake zaferoni, semacam kunyit gitu, sehingga warnanya kuning. Terus ada kebab dll. Satu lagi ciri khas dari jamuan makan di Iran. Baik pagi, siang, malam, semuanya sama. Kita selalu disajikan yoghurt satu gelas besar. Rasa yoghurtnya luar biasa masam. Tapi orang Iran begitu menikmatinya. Ini sih susu kambing kayaknya. Saya tak pernah sanggup menghabiskan segelas yoghurt. Paling hanya sekedarnya saja, cuma icip-icip. Dan sebagai penutupnya, orang Iran suka sekali memeras buah lemon, menampungnya di sendok, dan meminum perasannya langsung. Katanya siy sehat, bisa melunturkan lemak, atau kolesterol. Logis menurut saya, sebab piring kotor yang berlemak juga mudah dibersihkan dengan Mama Lemon... hehe.
Di Tehran, saya sempat mencicipi yang namanya buah Tin. Saat itu acara jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Reserve Bank of Iran (RBI) di klub privatnya yang luas dan eksotis di pinggiran kota Tehran. Bentuk buahnya seperti gabungan antara peach dan kurma. Yang disajikan saat itu adalah buah Tin yang sudah diolah, dibuat seperti manisan. Rasanya masam manis. Seperti kurma tetapi serat buahnya lebih kenyal. Khasiatnya, kata orang-orang Iran, luar biasa bagi kesehatan tubuh. Kalau kita ingin membawa buah Tin sebagai oleh-oleh, hampir semua toko buah di Tehran menjual buah Tin yang sudah dikeringkan. Seperti kurma di Arab, buah Tin begitu mudah didapatkan di Tehran. Selain buah Tin, oleh-oleh yang paling sering dibawa dari Tehran adalah Kacang Pistachio. Iran terkenal sebagai penghasil Pistachio terenak sedunia.
Soal makanan, menu makanan Iran hampir mirip dengan menu makanan di Timur Tengah. Saat saya menghadiri makan malam, menu utamanya seperti Gouzi, tapi jenis kambingnya lebih besar. Satu kambing utuh diletakkan atas meja lengkap dengan, maaf, biji2nya. Kambing ini dipanggang dan disajikan di atas nasi. Selain itu ada ikan hammour, saya kurang jelas namanya, yang besarnya hampir sama dengan kambing itu sendiri. Ikan ini juga disajikan utuh di atas meja, lengkap dengan bumbu-bumbunya.
Tapi yang paling saya sukai dari jamuan itu justru makanan khas Iran. Misalnya nasi yang dimasak pake zaferoni, semacam kunyit gitu, sehingga warnanya kuning. Terus ada kebab dll. Satu lagi ciri khas dari jamuan makan di Iran. Baik pagi, siang, malam, semuanya sama. Kita selalu disajikan yoghurt satu gelas besar. Rasa yoghurtnya luar biasa masam. Tapi orang Iran begitu menikmatinya. Ini sih susu kambing kayaknya. Saya tak pernah sanggup menghabiskan segelas yoghurt. Paling hanya sekedarnya saja, cuma icip-icip. Dan sebagai penutupnya, orang Iran suka sekali memeras buah lemon, menampungnya di sendok, dan meminum perasannya langsung. Katanya siy sehat, bisa melunturkan lemak, atau kolesterol. Logis menurut saya, sebab piring kotor yang berlemak juga mudah dibersihkan dengan Mama Lemon... hehe.