Monday, February 27, 2006

Mencicipi Betutu di Bali

Salah satu favoritnya Elsya (seorang kawan, pecinta makanan sejati) setiap berkunjung ke Bali, adalah ayam betutu. Karena sering diajak, akhirnya ayam betutu itu juga menjadi favorit saya. Dalam leksikon kuliner Indonesia, betutu bisa diartikan lauk yang terbuat dari ayam atau bebek utuh yang berisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam selama satu malam. Tempat favorit kita kalau makan ayam betutu ada di daerah Renon. Garuda Food Centre namanya. Di Bali memang banyak bertebar restoran ayam betutu. Salah satu produsen betutu yang terkenal adalah desa Melinggih, kecamatan payangan kabupaten Gianyar. Tapi karena kita-kita cocok sama yang satu ini, jadi inilah tempat favorit kita.


Ayam betutu ini dihidangkan bersama plecing kangkung dan sambal matah (mentah). Sambal ini dibuat dari cabe, bawang merah, daun sereh muda, dan kecombrang (bongkot kalo kata orang Bali). Semua diiris halus, terus diremuk (bukan diulek) ke dalam segumpal garam, Terakhir dituangi sedikit minyak jelantah. Keren kan hihi.....

Awalnya saya kurang cocok sama menu ini. Pedesnya kayak setan. Hot like the Devil. Tapi begitu mencoba, setelah bulir-bulir keringat mengucur di dahi, tercapailah puncak kenikmatan dalam makan. Culinary orgasm, istilah kulinarianya. Ini adalah sebuah menu yang mampu membawa kita ke puncak ekstase. Nilai spiritual dari ayam betutu ini juga ada. Orang Bali tak pernah melepaskan makanan dari fungsinya sebagai alat kultural pemujaan pada sang Dewa. Oleh karenanya, keutuhan, kekayaan, dan keseriusan, menjadi penting dalam pemilihan bumbu dan penyajian makanan. Itulah yang membuat betutu ini begitu sempurnanya. Sebenarnya bukan hanya di Bali. Orang Jawa juga mengenal berbagai kawruh (pengetahuan) yang disangkutpautkan dengan makanan. Coba kita lihat pada acara tumpengan. Ada urap sayur yang kacang panjangnya ga boleh dipotong2. Terus tumpeng untuk wilujengan memiliki lauk pauk yang berbeda pada setiap event. Jenis nasinya juga beda-beda, ada nasi liwet, ada nasi kuning, tergantung pada event yang dirayakan. Ada juga yang disajikan dengan daging sapi yang berbumbu manis. Jadi dalam makanan kita, semuanya diberi makna. Dan setiap makna memberi harapan. Harapan akan kehidupan yang lebih baik. Makan betutu di Bali bukan sekedar makan, tapi juga sebuah ritual. Sebuah perjalanan menuju kenikmatan dimana kata tak pernah cukup untuk menjamahnya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home