Tuesday, April 18, 2006

Dhow Dinner di Kuwait

Jauh sebelum menjadi negara kaya minyak seperti saat ini, Kuwait adalah negeri maritim. Pelabuhan Kuwait di awal abad 19 terkenal sebagai pelabuhan dagang. Kini, kekayaan sejarah maritim Kuwait tersebut, diabadikan di Museum Maritim yang terletak di kawasan Hotel Radison SAS, Kuwait. Selain memajang berbagai jenis kapal kayu dan peninggalan bersejarah, di sana juga dibangun kapal kayu (dhow) ukuran besar yang sangat impresive. Kapal ini tercatat sebagai kapal kayu terbesar di dunia menurut Guiness World Records. Kapal itu juga berfungsi sebagai restoran terapung yang mewah, yang dinamakan Al Hashemi II. Nama ini diambil dari keluarga nenek moyang pemilik hotel Radisson Kuwait, Husain Marafie. Kapal kayu Al Hashemi II dibangun di atas laut. Kayunya didatangkan dari Kamerun dan Pantai Gading yang terkenal dengan jenis kayunya yang khas. Kapal itu luar biasa besar. Tingginya sampai 50 meter, pakunya saja sudah seberat 80 ton. Total berat kapal adalah 2500 ton. Al Hashemi II terdiri dari dua deck. Deck atas digunakan untuk melihat view laut. Grand Ballroom yang megah terdapat di deck bawah. Ballroom ini berfungsi sebagai tempat menjamu makan para tamu. Ballroom tersebut bisa memuat tamu hingga lebih dari 1000 orang.

Menghadiri gala dinner di atas dhow sungguh mengesankan. Ratusan meja bundar tersebar dalam ballroom yang luas. Berbagai variasi menu pembuka khas Timur Tengah diatur di atas meja makan kita. Fuul, mutabar, dan houmos adalah tiga makanan pembuka standar di sana. Fuul adalah saus bubur yang dibuat dari kacang polong (chickpeas), bawang putih dan lemon, biasanya di tengahnya ada genangan minyak zaitun. Houmos adalah chickpeas masak yang dicampur dengan bawang putih dan lemon. Kesemuanya itu dimakan bersama dengan roti Arab, sesuai dengan selera kita. Kita bisa membuat Felafel, atau sandwich Timur Tengah dari berbagai pilihan hidangan pembuka itu. Ambil sepotong pita bread, isi dengan chickpeas, tomat, dan timun. Selain itu, ada juga menu lain yang sangat saya gemari, daun anggur yang dibumbu cuka, digulung dan di dalamnya ada semacam nasi dan daging. Hampir mirip dengan arem-arem bentuknya. Cuma rasanya agak kecut saja. Lain-lainnya, kebab, keebah, bertebaran bersama dengan menu pembuka lainnya. Hidangan pembuka di Timur Tengah sebenarnya sudah cukup buat mengisi perut kita. Tapi ternyata masih ada pilihan makanan pokok, antara lain kebab ayam, daging, dan sayur-sayuran. Gouzi yang merupakan kambing utuh panggang di atas nasi adalah menu andalan.

Mulanya memang membingungkan saat hendak mulai menyantap makanan yang begitu banyak. Darimana memulainya dan bagaimana memakannya. Itu pertanyaan dasar. Tapi menurut seorang kawan dari Kuwait, makanan timur tengah tak terlalu repot memakannya. Roti arab cukup disobek dan dicocol ke sausnya. Tak perlu menggunakan pisau. Sementara untuk menu utama, tak ada cara khusus. Memang ada di beberapa tempat yang makan menggunakan tangan, tapi tidak di acara resmi. Namun yang menarik adalah, meski masakan timur tengah banyak variasinya, jenisnya hanya itu-itu saja. Ini terbukti dari beberapa kali jamuan makan di sana, makan pagi, siang, malam, di berbagai tempat, menunya sama. Jadi kapanpun kita makan, menu-menu tadi tak akan banyak berubah. Tentu makanan tanah air masih lebih banyak tipenya. Jadi, meski makanan di Timur Tengah dahsyat, jangan lama-lama tinggal di sana. Karena esok dan keesokan harinya kita akan ketemu menu yang sama lagi hehe...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home