Sakura, Love is In The Air
Musim semi tiba lebih cepat di Jepang. Sejak pekan lalu, kuntum bunga sakura mulai menyembul dan tampak di sudut-sudut kota Tokyo. Bersemi memberi keindahan. Burung, lebah, dan kumbang, beterbangan di taman, melakukan proses penyerbukan. Aura cinta semerbak di penjuru kota. Seperti lagu Tom Jones, “Love is in the air…In the whisper of the trees…..”
Bunga sakura adalah bunga kebanggaan masyarakat Jepang. Bunga ini hanya tumbuh selama dua minggu dalam setahun. Dan puncak mekarnya, mungkin hanya beberapa hari. Badan Meteorologi Jepang memperkirakan puncak mekar Sakura tahun ini jatuh pada 1 April 2010. Karena waktunya singkat, maka penduduk Jepang tidak pernah melewatkan keindahan sakura setiap tahunnya.
Sebenarnya kalau dilihat secara individual, bunga sakura tidak terlampau istimewa. Bunga ini sangat kecil, rapuh, dan memiliki lima kelopak yang berwarna pink muda, sulit untuk dinikmati keindahannya. Namun kalau kita melihat sakura tumbuh berjama’ah dalam kanopi pohon, keindahannya baru terlihat.
Di Tokyo, banyak tempat untuk melihat bunga sakura. Tempat yang paling populer bagi warga Tokyo adalah Ueno Park. Ini adalah sebuah taman yang luas dan ditumbuhi lebih dari 1000 pohon sakura. Namun tempat ini padatnya luar biasa saat musim sakura tiba. Pilihan lainnya yang menarik juga adalah Shinjuku Gyoen Park di daerah Shinjuku. Taman ini adalah perpaduan taman Eropa dan Jepang. Selain bisa melihat Sakura, berbagai bunga lainnya juga tumbuh di sana. Kepadatannya agak terkurangi, karena taman ini tidak gratis, alias harus membayar sekitar 300 yen per orang kalau mau masuk.
Tempat melihat Sakura yang menjadi favorit juga adalah di sepanjang bantaran Meguro River. Di bantaran kali Meguro itu, kita dapat melihat deretan bunga Sakura nan indah berjejer dan menjuntai ke arah sungai, menampilkan bayang yang indah terpantul di permukaan air. Kelopak sakura yang berguguran mengalir dibawa hanyut aliran sungai. Sungguh indah dipandang. Tempat lain yang bisa dijadikan alternatif adalah Asakasa Sacas di Asakasa, Roppongi Hills, Senzokuike Park, dan Asukayama Park.
Masyarakat Jepang tidak pernah melewatkan kesempatan setahun sekali untuk berpiknik di bawah pohon sakura. Tradisi ini dinamakan hanami. Setiap keluarga, bahkan kantor-kantor mengadakan tradisi hanami di taman pada masing-masing kota. Tradisi Hanami konon dimulai pada periode Nara (710-794) untuk meniru kebiasaan masyarakat Cina yang menyaksikan pohon plum berbuah.
Pak Dubes RI di Jepang, Prof. Dr. Yusuf Anwar, setiap tahun juga selalu mengundang keluarga besar KBRI dan masyarakat Indonesia di Tokyo untuk ikut melakukan tradisi hanami di Wisma Duta KBRI Tokyo. Di sana banyak tumbuh pohon sakura yang sudah tua umurnya dan kalau berbunga sangat indah. Rupanya beliau ingin kita semua juga bersilaturahmi dan merayakan keagungan Tuhan di Jepang.
Masyarakat Jepang memang percaya bahwa Sakura adalah gerbang antara manusia dan Tuhan. Oleh karena itu mereka akan memprotes apabila ada orang yang merusak, apalagi menebang pohon sakura. Sambil mengamati keindahan sakura, tak mungkin kita melupakan keagungan Tuhan. Tradisi tafakur inilah yang menjadikan masyarakat Jepang begitu mencintai Sakura.
Selain di Jepang, sakura juga tumbuh di Washington DC. Pada tahun 1912, walikota Tokyo menghadiahkan 3000 bibit pohon sakura kepada Walikota Washington DC untuk ditanam sebagai lambang persahabatan. Orang Amerika menyebut sakura dengan cherry blossom.
Keindahan sakura di berbagai tempat tersebut menjadi pengingat akan makna kata nikmat. Sakura menjadi indah karena ia tumbuh hanya sebentar saja. Sementara manusia kadang take for granted dengan apa yang ia miliki setiap hari. Hal yang ada dan dimiliki setiap hari, dianggap biasa dan sudah merasa haknya. Sikap itu mengurangi syukur akan nikmat, seperti nikmat kesehatan, keluarga, pekerjaan, dan lainnya. Dalam kalimat Al Ghazali yang optimis,”tak ada, dalam deretan apa yang mungkin, sesuatu yang lebih bagus dan menakjubkan dari ciptaan dan pemberian Tuhan”. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur.
Dalam kaitan mensyukuri keindahan Sakura, beberapa hari lalu saya berjumpa dengan sekumpulan gadis-gadis muda Tokyo. Mereka berkeliling kota, menikmati sakura, dan bernyanyi kecil. Anda pasti tahu lagu itu. Judulnya, Sakura. Masih ingat liriknya? Begini lagunya: sakura/sakura/noyamamo satomo/miwatasu kagiri/kasumi-ka kumo-ka/asahi-ni ni ou/sakura-sakura/hanazakari. Kalau diterjemahkan ke Indonesia kira-kira artinya: sakura/sakura/di gunung dan di desa/sejauh mata memandang/tampak bagai kabut atau gumpalan awan/semerbak harum di pagi hari/sakura/sakura/merekah penuh pesona.
Selamat menikmati musim semi dan mensyukuri nikmat Tuhan
Bunga sakura adalah bunga kebanggaan masyarakat Jepang. Bunga ini hanya tumbuh selama dua minggu dalam setahun. Dan puncak mekarnya, mungkin hanya beberapa hari. Badan Meteorologi Jepang memperkirakan puncak mekar Sakura tahun ini jatuh pada 1 April 2010. Karena waktunya singkat, maka penduduk Jepang tidak pernah melewatkan keindahan sakura setiap tahunnya.
Sebenarnya kalau dilihat secara individual, bunga sakura tidak terlampau istimewa. Bunga ini sangat kecil, rapuh, dan memiliki lima kelopak yang berwarna pink muda, sulit untuk dinikmati keindahannya. Namun kalau kita melihat sakura tumbuh berjama’ah dalam kanopi pohon, keindahannya baru terlihat.
Di Tokyo, banyak tempat untuk melihat bunga sakura. Tempat yang paling populer bagi warga Tokyo adalah Ueno Park. Ini adalah sebuah taman yang luas dan ditumbuhi lebih dari 1000 pohon sakura. Namun tempat ini padatnya luar biasa saat musim sakura tiba. Pilihan lainnya yang menarik juga adalah Shinjuku Gyoen Park di daerah Shinjuku. Taman ini adalah perpaduan taman Eropa dan Jepang. Selain bisa melihat Sakura, berbagai bunga lainnya juga tumbuh di sana. Kepadatannya agak terkurangi, karena taman ini tidak gratis, alias harus membayar sekitar 300 yen per orang kalau mau masuk.
Tempat melihat Sakura yang menjadi favorit juga adalah di sepanjang bantaran Meguro River. Di bantaran kali Meguro itu, kita dapat melihat deretan bunga Sakura nan indah berjejer dan menjuntai ke arah sungai, menampilkan bayang yang indah terpantul di permukaan air. Kelopak sakura yang berguguran mengalir dibawa hanyut aliran sungai. Sungguh indah dipandang. Tempat lain yang bisa dijadikan alternatif adalah Asakasa Sacas di Asakasa, Roppongi Hills, Senzokuike Park, dan Asukayama Park.
Masyarakat Jepang tidak pernah melewatkan kesempatan setahun sekali untuk berpiknik di bawah pohon sakura. Tradisi ini dinamakan hanami. Setiap keluarga, bahkan kantor-kantor mengadakan tradisi hanami di taman pada masing-masing kota. Tradisi Hanami konon dimulai pada periode Nara (710-794) untuk meniru kebiasaan masyarakat Cina yang menyaksikan pohon plum berbuah.
Pak Dubes RI di Jepang, Prof. Dr. Yusuf Anwar, setiap tahun juga selalu mengundang keluarga besar KBRI dan masyarakat Indonesia di Tokyo untuk ikut melakukan tradisi hanami di Wisma Duta KBRI Tokyo. Di sana banyak tumbuh pohon sakura yang sudah tua umurnya dan kalau berbunga sangat indah. Rupanya beliau ingin kita semua juga bersilaturahmi dan merayakan keagungan Tuhan di Jepang.
Masyarakat Jepang memang percaya bahwa Sakura adalah gerbang antara manusia dan Tuhan. Oleh karena itu mereka akan memprotes apabila ada orang yang merusak, apalagi menebang pohon sakura. Sambil mengamati keindahan sakura, tak mungkin kita melupakan keagungan Tuhan. Tradisi tafakur inilah yang menjadikan masyarakat Jepang begitu mencintai Sakura.
Selain di Jepang, sakura juga tumbuh di Washington DC. Pada tahun 1912, walikota Tokyo menghadiahkan 3000 bibit pohon sakura kepada Walikota Washington DC untuk ditanam sebagai lambang persahabatan. Orang Amerika menyebut sakura dengan cherry blossom.
Keindahan sakura di berbagai tempat tersebut menjadi pengingat akan makna kata nikmat. Sakura menjadi indah karena ia tumbuh hanya sebentar saja. Sementara manusia kadang take for granted dengan apa yang ia miliki setiap hari. Hal yang ada dan dimiliki setiap hari, dianggap biasa dan sudah merasa haknya. Sikap itu mengurangi syukur akan nikmat, seperti nikmat kesehatan, keluarga, pekerjaan, dan lainnya. Dalam kalimat Al Ghazali yang optimis,”tak ada, dalam deretan apa yang mungkin, sesuatu yang lebih bagus dan menakjubkan dari ciptaan dan pemberian Tuhan”. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur.
Dalam kaitan mensyukuri keindahan Sakura, beberapa hari lalu saya berjumpa dengan sekumpulan gadis-gadis muda Tokyo. Mereka berkeliling kota, menikmati sakura, dan bernyanyi kecil. Anda pasti tahu lagu itu. Judulnya, Sakura. Masih ingat liriknya? Begini lagunya: sakura/sakura/noyamamo satomo/miwatasu kagiri/kasumi-ka kumo-ka/asahi-ni ni ou/sakura-sakura/hanazakari. Kalau diterjemahkan ke Indonesia kira-kira artinya: sakura/sakura/di gunung dan di desa/sejauh mata memandang/tampak bagai kabut atau gumpalan awan/semerbak harum di pagi hari/sakura/sakura/merekah penuh pesona.
Selamat menikmati musim semi dan mensyukuri nikmat Tuhan
Labels: Hanami di Tokyo, Junanto Herdiawan, Musim Semi, Sakura 2010