Wednesday, January 04, 2012

Blog Baru Junanto Herdiawan

Yth teman-teman sekalian, untuk mempermudah pembaca dan guna menyatukan seluruh tulisan saya yang terserak di banyak blog, beberapa bulan lalu saya membuat satu blog baru yang beralamat di : http://junantoherdiawan.com
Demikian, terima kasih atas perhatiannya. Maaf atas informasi ini. Salam

Labels:

Sunday, September 18, 2011

Berjuta Kejutan di Tokyo Game Show


Bagi para gamers, Tokyo Game Show (TGS) ibarat festival hari raya yang wajib didatangi. Lebih dari 140 stand perusahaan game di Jepang turut tampil dan aneka ragam judul permainan baru diluncurkan. Berjuta kejutan menanti para gamers di ajang permainan elektronik terbesar Jepang, yang diadakan di Makuhari Messe, Tokyo, pada tanggal 15-18 September 2011.

Persinggungan saya dengan “game industry” telah dimulai sejak sekolah dasar. Saat itu saya dibelikan ayah permainan game watch dari Nintendo. Dan sejak itu, saya menjadi seorang “game addict”. Tiada hari tanpa main game. Konsol permainan juga terus berubah sesuai dengan zaman. Baru setelah bekerja dan memiliki anak, waktu saya bermain game banyak berkurang.

Namun hal itu tidak mengurangi minat saya pada berbagai game atau permainan elektronik yang terus berkembang, mulai dari permainan individu hingga ke tipe permainan “social gaming” saat ini. Dan saat Tokyo Game Show 2011 diselenggarakan di Tokyo, semangat gamer sayapun bangkit kembali. Bersama anak (yang sekarang menjadi gamer) kamipun menuju arena TGS 2011.

Sebenarnya saya agak pesimis TGS akan diselenggarakan pada tahun ini. Hal itu mengingat bahwa pascagempa dan tsunami, banyak event internasional yang dibatalkan di Jepang. Namun ternyata TGS tahun ini tetap diselenggarakan, meski dengan berbagai keterbatasan. Beberapa lift dan escalator nampak dimatikan dan penggunaan listrik dikurangi sekitar 25% sehingga di beberapa sudut terlihat gelap.

Industri game Jepang saat ini memang mengalami pukulan yang berat sejak krisis global, terutama setelah bencana alam Maret 2011 lalu. Banyak pengamat memperkirakan bahwa industri game Jepang akan mati.

Namun realitanya tidak demikian. Setidaknya apa yang saya saksikan di TGS 2011 kemarin. Di ajang itu, industri game Jepang masih mengeliat dan menunjukkan giginya. Pihak Sony misalnya, kemarin terlihat mendominasi ajang pameran dengan produk terbarunya Play Station Vita. Ini adalah versi terbaru dari Play Station Portable, yang akan diluncurkan secara resmi pada 17 Desember 2011.

Sony memang mendominasi TGS kali ini. Mereka menggelar lebih dari 80 kios demo untuk PS Vita. Para pengunjung begitu antusias ramai mengantri di kios tersebut guna mencoba PS Vita pertama kalinya. Antrian mencoba PS Vita bisa sampai 90 menit, dengan jatah main hanya selama 10 menit per orang.

Penasaran dengan penampilan PS Vita, saya menyempatkan diri mengantri untuk melihat konsol PS Vita tersebut. Secara umum PS Vita menarik dan menyenangkan, walau ukuran konsolnya masih besar dan relatif tebal. PS Vita memiliki kelebihan berupa layar touch screen, baik di depan maupun di bagian belakang konsolnya. Hal itu memudahkan kita dalam menjalankan permainan yang membutuhkan ketrampilan memanjat.

PS Vita juga telah menyediakan sekitar 40 game baru yang siap dijual bersama dengan konsolnya. Mereka tidak mau mengulangi kesalahan Nintendo 3DS yang pada tahun ini meluncurkan konsol baru, namun tanpa banyak pilihan game.

Di sisi lain, pihak Nintendo sendiri tidak mau ketinggalan. Saya melihat stand Nintendo yang tidak kalah luasnya untuk mempromosikan Nintendo 3DS yang berkemampuan layar tiga dimensi. Sementara itu, di belakang Sony dan Nintendo, Xbox 360 keluaran Microsoft, mencoba untuk bertahan di pasar Jepang. Meski Microsoft nampak kesulitan dalam bersaing di pasar Jepang, penggemar fanatiknya masih cukup signifikan.

Di sisi industri game, banyak perusahaan game Jepang yang saat ini sedang berupaya keras untuk bangkit pascakrisis. Nintendo, perusahaan game terbesar Jepang, yang berbasis di Kyoto, untuk pertama kalinya mencatat kerugian pada tahun ini. Pangsa pasar Nintendo menyusut seperlima dari biasanya. Lesunya ekonomi Jepang, terus menguatnya mata uang Yen, dan krisis global, menjadi beberapa faktor yang menyebabkan kerugian tersebut.

Padahal, selama ini Nintendo adalah perusahaan game paling menguntungkan di Jepang dengan rata-rata keuntungan sekitar 2,5-6,5 miliar dolar AS pertahunnya. Namun di triwulan pertama 2011 ini, mereka telah merugi 377 juta dolar AS dan pangsa pasarnya terus menurun.

Sementara itu, perusahaan software game Jepang seperti Konami, Gree, Dena, berupaya bangkit dari kerugian mereka tahun ini. Selain karena krisis, kerugian berbagai perusahaan tersebut juga disebabkan ketatnya persaingan dengan industri game dari barat seperti Activision dan EA .

TGS 2011 menjadi tantangan terbuka pada industri gaming di dunia barat. Selain di Tokyo, ada dua ajang pameran game (game expo) internasional utama di dunia. Mereka adalah America’s Electronic Entertainment Expo (atau E3), yang biasanya diadakan sekitar bulan Mei/Juni. Dan satu lagi adalah Gamescom, yang diadakan di Cologne, Jerman, pada bulan Agustus.

Hal menarik lainnya di ajang TGS kali ini adalah penampilan cosplay (costume player) di berbagai sudut pameran. Cosplay adalah penampilan artistik dari anak-anak muda Jepang dengan mengenakan kostum ataupun aksesoris dari berbagai figur di film maupun game-game animasi.

Berbagai penampilan cosplay yang keren-keren tampak bermunculan di ajang TGS kemarin. Ada yang tampil model Naruto, Dynasty Warrior, Zelda, Mario Bros, dan banyak lagi tokoh animasi lainnya. Para pengunjung dan wartawan dari berbagai negara bergiliran mengabadikan penampilan para artis cosplay tersebut. Saya jadi berpikir, mungkin kalau saya membawa seragam sarung dan peci bisa disangka pemeran cosplay juga karena keunikannya.

Dari tahun ke tahun, penampilan cosplay di TGS ini semakin besar dan menarik perhatian para pengunjung. Inilah kelebihan dari ajang pameran game, ketimbang pameran dagang. Di pameran game, kreativitas dan kegilaan menjadi prasyarat utama.

Dengan TGS 2011 ini, Jepang berusaha menyampaikan pesan pada dunia, bahwa industri game mereka masih eksis. Memang, selain terkenal dengan berbagai kecanggihan tekhnologinya, Jepang menjadikan industri musik, hiburan, game, animasi, kartun manga, dan cosplay, sebagai bagian dari “soft diplomacy” dan kekayaan ekspornya ke mancanegara. Kelebihan itulah yang menjadikan Jepang tetap bertahan sebagai negara maju.

Labels:

Wednesday, April 06, 2011

Kala Panda Gairahkan Tokyo

Kota Tokyo kembali menemukan gairahnya. Kali ini, gairah tersebut berasal dari dua ekor Panda asal Cina, yang diberi nama Ri Ri dan Shin Shin. Kedua panda tersebut, sejak Jum’at (1/4), lalu untuk pertama kalinya dipertontonkan ke publik Jepang, di Kebun Binatang Ueno, Tokyo. Kota Tokyo pun dilanda oleh “Demam Panda”. Rencananya, kedua panda tersebut akan ditampilkan untuk umum pada tanggal 11 Maret 2011 lalu. Namun, karena terjadi bencana gempa dan tsunami di Jepang, penampilannya diundur hingga hari Jumat kemarin.

Sebelum kehadiran dua panda ini, Tokyo pernah memiliki seekor Panda bernama Ling- Ling. Namun pada tahun 2008, Ling Ling meninggal karena penyakit jantung. Sejak itulah, Tokyo tidak lagi memiliki Panda. Pemerintah Cina pun “meminjamkan” kembali dua ekor Pandanya kepada Jepang, sebagai bagian dari apa yang dinamakan dengan “Diplomasi Satwa”.

Saya sendiri ikut-ikutan terkena demam panda. Meski sejak kecil sering melihat gambar dan film panda, saya belum pernah sekalipun menyaksikan Panda hidup secara langsung. Bayangan Panda di kepala saya yang paling lekat adalah tokoh Poo yang bermain di film “Kung Fu Panda”. Kalau mengingat film itu, saya selalu berpikir bahwa Panda adalah binatang yang gemuk, lucu, dan mungkin bisa main Kung Fu.

Oleh karenanya, saya tidak mau melewatkan kehadiran dua “selebritas” Tokyo yang baru itu. Sayapun mengajak keluarga untuk pergi ke Kebon Binatang Ueno guna menyaksikan Panda. Di Stasiun Kereta Ueno, tak jauh dari Kebon Binatang Ueno, demam panda sudah terasa. Berbagai ornamen Panda terlihat di setiap sudut. Mulai dari souvenir, hingga makanan-makanan yang dibuat dengan tema Panda. Ada manju (kue Jepang) yang dibuat berbentuk panda, ada juga taiyaki yang dicetak berbentuk panda, dan ada coklat pisang yang dicetak wajah panda. Segalanya adalah tentang panda.

Antusiasme warga Tokyo terhadap Panda ini sungguh luar biasa. Sekitar 3000 orang lebih sudah mengantri panjang di depan kebon binatang sejak pagi hari, sebelum kebon binatang dibuka. Dua hari sebelumnya, pengunjung kebon binatang Ueno mencapai 8000 orang per hari, atau dua kali lipat dari biasanya.

Mulanya saya sempat ragu dan malas melihat ramainya orang mengantri untuk melihat panda. Saya paling malas ikut antrian yang sudah panjang mengular. Namun saya selalu kagum dengan kelebihan warga Tokyo, dan orang Jepang pada umumnya. Mereka selalu tertib mengantri. Kebiasaan mengantri memang bagian dari naluri bawah sadar orang Jepang. Kalau mengantri, dijamin kita tidak akan diserobot. Dan kalau nanti mereka dapat giliran melihat panda, pasti juga tidak akan berlama-lama, karena memikirkan orang lain yang mengantri.

Keyakinan ini yang selalu membuat saya menikmati antrian di Tokyo. Efisiensi antrian yang sangat baik, didukung oleh moral orang Jepang, membuat mengantri di Jepang bukan sebuah kerepotan. Akhirnya saya mengikuti ujung antrian untuk melihat Panda. Dan memang betul, kekhawatiran saya tidak beralasan. Hanya dalam waktu 20 menit, saya sudah berada di depan kandang Ri Ri dan Shin Shin.

Ri Ri, sang panda jantan, nampak sedang santai terlentang sembari asyik memakan bambu. Sementara Shin Shin, sang betina, tampil malu-malu membelakangi pengunjung. Kedua panda tampil begitu rileks dan santai. Hal ini rupanya menghibur warga Jepang yang sedang galau karena bencana. Melihat kedua panda tampil santai, saya mendengar seorang warga Jepang berkata, “Lihatlah Panda itu santai, sangat membangkitkan spirit kita di Jepang”.

Binatang memang berbeda dengan manusia. Mereka tampil tanpa taktik dan pretensi. Kepolosan mereka menjadikannya tulus dan memberi getar lain. Saat warga Jepang melihat Panda, mereka seperti mendapatkan aliran energi baru.

Dampak gempa dan tsunami tentu masih dirasakan oleh warga Tokyo. Krisis nuklir di Fukushima juga masih belum berakhir. Namun, kehadiran Panda di Tokyo telah membangkitkan semangat warga Tokyo. Mereka beramai-ramai keluar rumah dan menyaksikan Panda. Hal ini juga menunjukkan pada dunia, bahwa warga Tokyo tetap beraktivitas seperti biasa dan kondisi kota Tokyo relatif aman.

Salam Panda dari Tokyo.

Labels: ,

Sunday, January 09, 2011

Gowes di Jepang


Mas Daniel Suharta, rekan Kompasianer yang juga aktivis gowes, pernah meminta saya bercerita tentang kegiatan bersepeda di Jepang. Guna memenuhi janji itu, berikut saya bagi cerita tentang bersepeda di Jepang.

Jepang tak akan lengkap tanpa kehadiran sepeda. Cobalah berkeliling ke berbagai penjuru kota, baik di Tokyo, Kyoto, atau Osaka, sepeda ada di mana-mana. Masyarakat Jepang memang memiliki kebiasaan bersepeda. Mereka menggunakan sepeda untuk ke warung (convenience store), sekolah, stasiun kereta, bekerja, ataupun sekedar bersosialisasi. Sepeda adalah bagian dari denyut kehidupan orang Jepang. Tengok juga rumah-rumah orang Jepang, hampir semuanya menyimpan sepeda di halaman.

Bersepeda menjadi asyik di Jepang karena iklimnya yang menunjang, jalan-jalannya yang kecil dan sempit, serta lanskap kota yang cenderung rata. Tak heran, sepeda ada di mana-mana. PM Hatoyama di tahun 2009 lalu pernah mencanangkan gerakan bersepeda untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan. Saat itu muncul jargon "Jitensha ga Atsui!” (Naik Sepeda itu Hot/ Happening!), yang mengajak masyarakat Jepang untuk semakin mencintai sepeda.

Sepeda, atau “jitensha” dalam bahasa Jepang, memang sudah menjadi budaya di masyarakat Jepang. Model sepeda juga beraneka ragam, baik yang manual digowes maupun yang menggunakan motor baterai untuk kenyamanan saat jalan menanjak. Beberapa model yang sering terlihat adalah model lipat, model sport, atau sepeda gunung. Namun yang paling populer di Jepang adalah model “Mama Chari”. Sepeda “Mama Chari” adalah jenis yang paling hip dan happening di kalangan masyarakat Jepang. Sekitar 70%-90% model sepeda di Jepang adalah “Mama Chari”. Bentuknya seperti sepeda mini biasa, namun dilengkapi dengan keranjang di depan, dan rak tempat duduk bayi di belakangnya. Sepeda ini biasa digunakan ibu rumah tangga untuk berbelanja sambil mengurus anak.


Dinamakan Mama Chari, karena diambil dari kata Mama dan Chariot. Inilah sepeda kerja dan ikon dari dunia persepedaan di Jepang. Mama Chari dibentuk untuk memenuhi kebutuhan dan menggambarkan dinamika masyarakat Jepang yang berkeluarga. Harganya mulai dari 10 ribu Yen (sekitar satu juta rupiah), hingga lebih dari 100 ribu Yen.

Kelompok-kelompok gowes di Jepang juga banyak. Mereka biasa berkumpul untuk bersepeda keliling kota atau mendaki gunung. Kalau kita naik ke Gunung Fuji misalnya, akan banyak menjumpai kelompok gowes yang berkelompok menanjak gunung. Tak hanya anak muda, banyak juga orang tua di Jepang yang gemar naik gunung dengan sepeda.

Masyarakat Jepang juga menggemari rekreasi sepeda sambil olah raga di akhir pekan. Kalau kita pergi ke sekitar Istana Imperial Tokyo di hari Sabtu atau Minggu, banyak orang yang bersepeda, baik sendiri, keluarga, maupun kelompok. Persis seperti di jalan Thamrin Jakarta, saat “Car Free Day”, jalan utama di depan Istana Imperial Tokyo juga ditutup untuk memberi kesempatan masyarakat bersepeda maupun olahraga.

Soal keamanan, sepeda di Jepang menggunakan sistem registrasi. Mereka menyebutnya Bicycle (Crime-prevention) Registration. Setiap membeli sepeda, kita wajib membayar 500 Yen untuk pendaftaran nomor lisensi. Jadi, sepeda diatasnamakan si pembeli. Jangan sembarangan menggunakan sepeda orang di Jepang. Kalau tiba-tiba dirazia, kita bisa dipenjara atau denda, karena bukan menggunakan sepeda atas nama kita. Hal inilah yang menjadikan pencurian sepeda di Jepang sangat langka. Maling sepeda nyaris tak ada, walaupun sesekali terjadi. Sistem registrasi menjadikan pencuri sulit untuk menggunakan atau menjual sepeda hasil curiannya. Oleh karenanya, banyak kita lihat sepeda di Jepang yang diparkir tanpa dikunci.

Meski bersepeda kelihatan sepele, di Jepang ada etiket-etiket yang harus diperhatikan. Beberapa etiket yang harus ditaati adalah, selalu jalan di sebelah kiri, wajib berhenti apabila ada tanda “tomare” atau STOP, jangan bersepeda menggunakan payung atau sambil sms-an (teman saya pernah ditegur polisi karena menelepon saat bersepeda), tidak boleh berboncengan (kecuali anak di bawah 6 tahun), dan gunakan lampu sepeda di kala malam.

Etiket lain adalah hati-hati kalau memarkir sepeda. Ada tempat-tempat tertentu yang dibuat khusus untuk memarkir sepeda. Namun beberapa stasiun kereta atau tempat tertentu ada yang secara tegas melarang sepeda parkir. Kalau anda nekat, risikonya adalah sepeda anda akan kena razia. Ini artinya, sepeda kita diangkut ke kantor otoritas yang berwenang, dan kita diwajibkan membayar denda. Siapa yang mau repot kan?

Bersepeda di Jepang pastinya sangat menyenangkan karena lingkungannya yang mendukung. Namun pengguna sepeda yang ugal-ugalan juga mulai banyak di kota Tokyo. Mereka kerap melarikan sepedanya di jalan raya, dan tidak memerhatikan pejalan kaki. Permasalahan bersepeda di Tokyo adalah menyatunya jalan sepeda dengan pejalan kaki. Hal ini yang kadang menyulitkan para pesepeda atau pejalan kaki. Oleh karenanya, berhati-hatilah saat berjalan kaki di kota Tokyo karena sepeda kerap berseliweran.

Bersepeda, selain sehat, ramah lingkungan, juga menyenangkan. Mari bersepeda !!

Saturday, December 18, 2010

Tak Semua Nasi itu Sama

Rambut boleh sama hitam, tapi pikiran bisa berbeda. Pun demikian dengan beras. Warna beras boleh sama putihnya, tapi soal rasa, nanti dulu. Dari beraneka ragam beras putih di dunia ini, beras Jepang adalah salah satu yang terbaik. Rasanya pulen, plump, moist, dan teksturnya pas. Sebagaimana di Indonesia, beras juga menjadi makanan pokok masyarakat Jepang. Sebagai makanan pokok, orang Jepang tentu sangat memerhatikan kualitas dan kelezatan dari berasnya. Jangankan untuk makanan pokok, untuk hal-hal kecil saja orang Jepang sangat memerhatikan kualitas kan? Apalagi untuk berasnya.

Namun, tak semua beras Jepang itu juga sama. Dari semua beras Jepang yang enak, masih bisa dibeda-bedakan lagi tergantung pada daerah penanaman, maupun musim panennya. Dan, musim gugur kemarin adalah saat yang tepat untuk mencicipi beras Jepang. Musim gugur adalah musim panen beras di Jepang. Beras Jepang yang diproduksi pada musim itu, adalah beras terbaik yang ada di Jepang. Beras itu juga terasa lebih lezat dibanding beras pada bulan-bulan lainnya.

Orang Jepang menyebut beras yang baru dipanen tersebut dengan nama shinmai. Shin merujuk pada bahasa Jepang yang berarti baru. Shin digunakan juga untuk menyebut sesuatu yang baru atau beginner. Menurut Kementrian Pertanian Jepang, hanya beras yang dipanen dan dijual pada tahun yang sama bisa disebut shinmai. Kalau ia sudah melewati tahunnya, ia disebut dengan beras lama (komai). Meski lama, beras komai masih boleh dijual dan dipasarkan dengan standar tertentu.

Beras shinmai ini muncul di supermarket sejak awal musim gugur hingga akhir tahun. Masa-masa 3 bulan itu adalah masa “the best” dari beras Jepang baru panen. Oleh karenanya, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencicipi beras shinmai ini.

Dari berbagai jenis yang ada, favorit saya adalah beras koshihikari yang dipanen di daerah Niigata. Karena daerah Niigata merupakan daerah pertanian, maka rasa berasnya tentu jagoan. Kalau anda sensitif terhadap beras, tentu dapat merasakan beda antara nasi yang diproduksi dari beras shinmai atau nasi yang diproduksi dari beras komai.

Meski keduanya bisa sama-sama pulen, kelembutan teksturnya berbeda. Perbedaannya memang tipis, namun kalau sudah mencicipi shinmai, anda akan merasakan efek “aha” dari kelembutannya. Shinmai memiliki tekstur kepulenan yang lebih terasa dibanding beras biasa. Kesegarannya melekat di langit-langit mulut.

Cara terbaik menguji kelezatan nasi dari beras shinmai adalah memakannya “as it is”. Satu piring atau bowl nasi, cukup taburi dengan sedikit nori atau ikan teri. Tak perlu lauk pauk. Cobalah. Saat saya memakannya, hhmmmmppphhh, inilah nasi terenak yang pernah saya rasakan. Begitu lembut dan nikmat. Lupakan dulu lauk pauk, tetaplah pada keminimalan rasa nasi. Anda akan menemukan kelezatan yang tak tepermanai. Ingin coba model lainnya, cobalah dalam bentuk onigiri atau nasi sekepal yang dibungkus nori (rumput laut). Nasinya terasa lezat karena bercampur dengan nori dan tentu saja topping yang digunakan.

Sebelumnya, saya tidak percaya legenda Dewi Sri sebagai Dewi Padi. Tapi setelah mencicipi beras shinmai, saya merasakan seolah Dewi Sri itu benar-benar ada. Dan di beras shinmai inilah, Dewi Sri mengejawantah. Hmmmmpph.

Salam beras shinmai.

Labels:

Wednesday, December 01, 2010

Aneka Kit Kat Rasa Jepang


Jepang memang tak pernah habis dengan ide kreatif. Bukan hanya di bidang tekhnologi hingga kartun manga, di bidang penganan kecil, inovasi juga dilakukan oleh Jepang. Salah satu yang menarik dan menjadi "fenomena nasional" di Jepang adalah inovasi rasa dari coklat wafer “Kit Kat”. Hampir setiap teman yang mampir Jepang pasti memburu Kit Kat sebagai oleh-oleh.

Apa istimewanya Kit Kat Jepang? Kalau di Indonesia hanya ada satu rasa Kit Kat, di Jepang ada lebih dari 20 rasa. Bahkan kalau dirunut secara sejarah, ada sekitar 80 rasa Kit Kat yang pernah diciptakan di Jepang. Kit Kat pun kemudian menjadi oleh-oleh paling eksotis dari Jepang.

Apa saja rasa Kit Kat yang ada di Jepang? Mulai dari strawberry, green tea, almond, jeruk, kentang, jagung bakar, miso sup, shoyu atau kecap asin, hingga wasabi dan melon. Eksotis bukan? Tapi, tahukah anda rasa kit kat apa yang paling populer di Jepang? Menurut info dari Nestle, ternyata bukan rasa strawberry atau green tea, melainkan shoyu. Penjualan tertinggi Kit Kat di Jepang adalah rasa kecap asin. Aneh bukan hehehe….

Hal menarik dari aneka ragam Kit Kat itu adalah perkara lokalitas rasa. Anda tak bisa mendapatkan dengan mudah berbagai rasa Kit Kat tersebut, karena kerap hanya diproduksi di satu wilayah tertentu dan satu musim tertentu. Di daerah Hokkaido, diciptakan Kit Kat rasa melon dan jagung bakar. Di Tohoku, ada Kit Kat rasa kacang polong dan cherries. Di Pulau Kyushu, ada Kit Kat rasa buah yuzu dan kentang merah. Di Tokyo, ada Kit Kat rasa ubi manis, cheese blueberry, soybean, jeruk, lemon cola, wasabi, dan tentu kesukaan saya, yaitu ... green tea.

Apa rahasia sukses Kit Kat di Jepang? Menurut cerita teman-teman, kalimat Kit Kat kalau dibaca dalam bahasa Jepang menjadi “Kitto Katsu”, artinya semacam “Semoga Sukses”, atau secara harfiah “Kamu pasti Bisa!!”. Inilah yang menyebabkan Kit Kat jadi semacam jimat yang sering dibawa anak-anak di Jepang kalau mau ujian.

Jadi, kalau anda main ke Jepang, tak perlu bingung mencari oleh-oleh. Cukup berhenti sebentar di airport dan temukanlah aneka rasa Kit Kat yang kebetulan sedang musim saat itu. Kitto Katsu, Ayo Kamu Bisa !!

Inilah aneka kit kat yang sedang saya cicipi. Ada Break, Ada Kit Kat … :)








Labels: , ,

Jajan Hotteok di Seoul

Seoul terkenal dengan aneka jajanan kaki lima yang unik dan lezat. Salah satu yang jadi favorit saya adalah Hot Teok. Ini adalah jajanan minimalis, namun rasanya tak terlupakan. Hot Teok umumnya hanya muncul di musim-musim tertentu, biasanya menjelang musim dingin atau musim semi.

Hot teok banyak dijual di seantero Seoul. Mas Kelik, mantan diplomat kita di KBRI Seoul, dulu pernah merekomendasikan daerah Insadong kalau mau cari hot teok yang enak. Sejak itu, kalau mampir ke Seoul, saya selalu mencoba untuk melipir ke Insadong dan mencicipi hot teok. Memang tak salah. Lokasi Insadong yang ramai dengan turis menjadikan hot teok semacam ikon jajanan di daerah itu.

Usai sidang puncak G-20 di Seoul pekan lalu, saya mencoba kembali untuk melipir ke daerah ke Insadong. Sesampai di Insadong, terlihat antrian para pembeli hot teok telah memanjang hingga ke ujung jalan. Memang jajanan ini cukup hip dan happening buat masyarakat Seoul maupun para turis. Kita bisa mengantri sekitar 15 hingga 30 menit untuk mendapatkan hot teok. Harganya juga murah, sekitar 1000 Won atau 8000 Rupiah untuk sepotong hot teok.

Sebagai penganan, sebenarnya hot teok ini tidak terlalu istimewa. Ia lebih mirip kue serabi atau pancake kalau di Indonesia. Hotteok dibuat dari adonan tepung, telur, dan campuran lainnya yang kemudian diisi oleh gula merah atau caramel. Adonan ini dibuat bulat-bulat dengan tangan, kemudian diletakkan di panggangan yang panas mendidih. Penjual hot teok kemudian menekan adonan dengan alat untuk meratakannya hingga menjadi semacam pancake. Setelah berwarna kuning keemasan, hot teok siap disajikan.

Soal rasa, hot teok sungguh enak dicicip sebagai camilan di tengah udara yang dingin menggigit. Tekstur hot teok adalah perpaduan kekenyalan antara roti dengan mochi. Rasanya lembut tapi mengandung unsur chewy yang kenyal-kenyal hangat. Apalagi saat kita menyentuh kelembutan gula dan caramel yang meleleh di dalamnya.

Di tengah udara dingin, hot teok enak dimakan panas-panas. Itulah makanya dinamakan HOT teok. Ho adalah tiruan ungkapan dari orang yang meniup makanan panas.. ho ho ho

Selamat mencicipi Hot Teok kalau anda mampir ke Seoul. Salam.

Labels: ,

Sunday, April 18, 2010

Sakura, Love is In The Air

Musim semi tiba lebih cepat di Jepang. Sejak pekan lalu, kuntum bunga sakura mulai menyembul dan tampak di sudut-sudut kota Tokyo. Bersemi memberi keindahan. Burung, lebah, dan kumbang, beterbangan di taman, melakukan proses penyerbukan. Aura cinta semerbak di penjuru kota. Seperti lagu Tom Jones, “Love is in the air…In the whisper of the trees…..”

Bunga sakura adalah bunga kebanggaan masyarakat Jepang. Bunga ini hanya tumbuh selama dua minggu dalam setahun. Dan puncak mekarnya, mungkin hanya beberapa hari. Badan Meteorologi Jepang memperkirakan puncak mekar Sakura tahun ini jatuh pada 1 April 2010. Karena waktunya singkat, maka penduduk Jepang tidak pernah melewatkan keindahan sakura setiap tahunnya.

Sebenarnya kalau dilihat secara individual, bunga sakura tidak terlampau istimewa. Bunga ini sangat kecil, rapuh, dan memiliki lima kelopak yang berwarna pink muda, sulit untuk dinikmati keindahannya. Namun kalau kita melihat sakura tumbuh berjama’ah dalam kanopi pohon, keindahannya baru terlihat.

Di Tokyo, banyak tempat untuk melihat bunga sakura. Tempat yang paling populer bagi warga Tokyo adalah Ueno Park. Ini adalah sebuah taman yang luas dan ditumbuhi lebih dari 1000 pohon sakura. Namun tempat ini padatnya luar biasa saat musim sakura tiba. Pilihan lainnya yang menarik juga adalah Shinjuku Gyoen Park di daerah Shinjuku. Taman ini adalah perpaduan taman Eropa dan Jepang. Selain bisa melihat Sakura, berbagai bunga lainnya juga tumbuh di sana. Kepadatannya agak terkurangi, karena taman ini tidak gratis, alias harus membayar sekitar 300 yen per orang kalau mau masuk.

Tempat melihat Sakura yang menjadi favorit juga adalah di sepanjang bantaran Meguro River. Di bantaran kali Meguro itu, kita dapat melihat deretan bunga Sakura nan indah berjejer dan menjuntai ke arah sungai, menampilkan bayang yang indah terpantul di permukaan air. Kelopak sakura yang berguguran mengalir dibawa hanyut aliran sungai. Sungguh indah dipandang. Tempat lain yang bisa dijadikan alternatif adalah Asakasa Sacas di Asakasa, Roppongi Hills, Senzokuike Park, dan Asukayama Park.

Masyarakat Jepang tidak pernah melewatkan kesempatan setahun sekali untuk berpiknik di bawah pohon sakura. Tradisi ini dinamakan hanami. Setiap keluarga, bahkan kantor-kantor mengadakan tradisi hanami di taman pada masing-masing kota. Tradisi Hanami konon dimulai pada periode Nara (710-794) untuk meniru kebiasaan masyarakat Cina yang menyaksikan pohon plum berbuah.

Pak Dubes RI di Jepang, Prof. Dr. Yusuf Anwar, setiap tahun juga selalu mengundang keluarga besar KBRI dan masyarakat Indonesia di Tokyo untuk ikut melakukan tradisi hanami di Wisma Duta KBRI Tokyo. Di sana banyak tumbuh pohon sakura yang sudah tua umurnya dan kalau berbunga sangat indah. Rupanya beliau ingin kita semua juga bersilaturahmi dan merayakan keagungan Tuhan di Jepang.

Masyarakat Jepang memang percaya bahwa Sakura adalah gerbang antara manusia dan Tuhan. Oleh karena itu mereka akan memprotes apabila ada orang yang merusak, apalagi menebang pohon sakura. Sambil mengamati keindahan sakura, tak mungkin kita melupakan keagungan Tuhan. Tradisi tafakur inilah yang menjadikan masyarakat Jepang begitu mencintai Sakura.

Selain di Jepang, sakura juga tumbuh di Washington DC. Pada tahun 1912, walikota Tokyo menghadiahkan 3000 bibit pohon sakura kepada Walikota Washington DC untuk ditanam sebagai lambang persahabatan. Orang Amerika menyebut sakura dengan cherry blossom.

Keindahan sakura di berbagai tempat tersebut menjadi pengingat akan makna kata nikmat. Sakura menjadi indah karena ia tumbuh hanya sebentar saja. Sementara manusia kadang take for granted dengan apa yang ia miliki setiap hari. Hal yang ada dan dimiliki setiap hari, dianggap biasa dan sudah merasa haknya. Sikap itu mengurangi syukur akan nikmat, seperti nikmat kesehatan, keluarga, pekerjaan, dan lainnya. Dalam kalimat Al Ghazali yang optimis,”tak ada, dalam deretan apa yang mungkin, sesuatu yang lebih bagus dan menakjubkan dari ciptaan dan pemberian Tuhan”. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur.

Dalam kaitan mensyukuri keindahan Sakura, beberapa hari lalu saya berjumpa dengan sekumpulan gadis-gadis muda Tokyo. Mereka berkeliling kota, menikmati sakura, dan bernyanyi kecil. Anda pasti tahu lagu itu. Judulnya, Sakura. Masih ingat liriknya? Begini lagunya: sakura/sakura/noyamamo satomo/miwatasu kagiri/kasumi-ka kumo-ka/asahi-ni ni ou/sakura-sakura/hanazakari. Kalau diterjemahkan ke Indonesia kira-kira artinya: sakura/sakura/di gunung dan di desa/sejauh mata memandang/tampak bagai kabut atau gumpalan awan/semerbak harum di pagi hari/sakura/sakura/merekah penuh pesona.

Selamat menikmati musim semi dan mensyukuri nikmat Tuhan







Labels: , , ,