Geef Mij Maar Nasi Pecel
Kalau Wieteke Van Dort dulu punya extended version dari lagu “Geef Mij Maar Nasi Goreng”, mungkin ia akan menambahkan menu nasi pecel dalam lagunya. Karena nasi pecel adalah cerminan bangsa Indonesia yang agraris dan beragam. Menjadi bangsa Indonesia adalah juga menjadi bangsa yang sederhana namun menyimpan banyak makna. Nasi Pecel adalah abstraksi filosofi tersebut. Dalam sepiring nasi pecel, kita menemukan kesederhanaan, keragaman, dan makna jati diri kita. Mulai dari masyarakat pinggiran, tengah, hingga atas, semua makan nasi pecel. Mulai dari warung kaki lima, hingga restoran bintang lima, semua menyajikan nasi pecel.
Sebagai pecinta pecel, saya selalu mencoba menelusuri berbagai tempat untuk mencicipi nasi pecel lokal. Mengapa demikian? Karena “Not All Nasi Pecel Are Created Equal”. Nasi pecel tak pernah disajikan sama. Meski pilar dasar dari pecel, yaitu sayur dan bumbu kacang, selalu ada, namun jenis sayur yang dipilih, sambal yang ditaburkan, hingga kondimen dan kerupuknya, tak pernah sama. Setiap orang punya favorit pecelnya masing-masing. Dan perbedaan itu tidak jadi masalah. Esensi filosofi dari nasi pecel adalah “keserbabolehan”. Tak ada campuran yang salah, semua bisa ditafsirkan. Dan kita masih bisa menyebutnya, Nasi Pecel.
Di Yogya, ada pecel wader yang terkenal. Warung milik Bu Amat ini lokasinya di jalan menuju Bandara Internasional Adi Sucipto. Kalau kita menuju Bandara pasti tidak akan melewatkan plang nama warung bu Amat. Berbeda dengan pecel yang biasanya hanya menyajikan sayur dengan bumbu pecel, di sini, pecel diperkaya dengan ikan wader. Ini adalah ikan goreng kecil-kecil yang rasanya sangat renyah dan gurih. Wader menjadi ciri khas pecel bu Amat. Kelembutan sayur, segarnya bumbu pecel, ditambah dengan crunchiness dari wader. Hmmm... sungguh mantab dan lezat.
Di Blitar, Madiun, dan Kediri, nasi pecel disajikan berbeda lagi. Pecel versi daerah ini menggunakan bunga honje merah, bunga turi putih, bersama dengan sayur mayur. Rasa bunganya meninggalkan aroma nan menusuk indah di langit-langit mulut kita. Masih ditemani lagi dengan rempeyek kacang, lalapan khas pecel seperti biji lamtoro (petai cina), kemangi, plus irisan dadu ketimun segar…hmmm…..segarnya. Cita rasanya juga berbeda. Pecel Madiun terkenal lezat dan pedas, pecel Blitar terkenal manis, dan pecel Kediri terkenal akan sambal Tumpangnya.
Di Solo, ada Pecel Ndeso (yang juga membuka cabang di Yogya – sebelah Hyatt). Variasinya lain lagi. Sayuran pecelnya komplet, disajikan dengan tiga macam dressing, yaitu: sambal kacang yang umum, sambal tumpang yang khas, atau sambal wijen yang istimewa. Nasinya pun bisa pilih: boleh nasi putih atau nasi dari beras merah. Kalau ke Warung Pecel Ndeso, kita akan melihat lauk-pauk tambahan untuk nasi pecel "ditebar" di atas meja lebar. Ada tempe dan tahu bacem, tempe kemul (tempe yang digoreng dengan salut tepung), wader goreng, empal dan jeroan goreng, dan banyak lagi lainnya. Godaan untuk memilih lauk yang menggairahkan ini sulit ditolak.
Tak jauh di depan hotel Orchid Batu, Malang, saya menemukan lagi satu warung pecel yang lezat. Warung kecil ini milik bu Anna, yang membuka warung sejak tahun 2000. Kelebihan nasi pecel bu Anna adalah pada kesegaran bumbu pecelnya. Kalau biasanya bumbu pecel menggunakan asam jawa, bu Anna justru menggunakan tomat. Rasa asamnya khas, dan segar. Bumbu ini tak tahan lama, oleh karena itu ia selalu membuat bumbu pecel baru di setiap piringnya. Di situlah letak rahasia kesegaran rasa pecel bu Anna. Rasa asamnya diperoleh dari tomat segar. Soal sayur, pilihannya juga beda. Nasi Pecel bu Anna menggunakan daun sawi bungkuk dan sawi asin. Rasanya pahit dan segar. Hmmm lezat. Untuk lauk, taburan srundeng, tahu, dan ayam goreng menambah lezat nasi pecel bu Anna.
Tak hanya di Jawa. Di Bukittinggi, kita mengenal Pecel dengan sebutan Pical. Warung yang terkenal adalah Pical Sikai di daerah Ngarai Sianok. Pical Sikai mulai berjualan sejak tahun 1950-an dan tetap memiliki cita rasa yang sama hingga sekarang. Apa yang khas dari Pical ini adalah daun pakis yang digunakannya. Rasanya segar dan nikmat.
Berbagai sajian nasi pecel nusantara tersebut menunjukkan betapa keragaman telah menjadi kekayaan bangsa ini. Keragaman tampilan, kesederhanaan, keserbabolehan, dan kemauan untuk menerima perbedaan, adalah filsofi dari sepiring nasi pecel.
Dari sepiring nasi pecel, kita belajar kehidupan. Dari sepiring nasi pecel, kita menyadari hakikat diri kita sebagai bangsa. Bahwa bangsa ini adalah bangsa agraris yang sederhana, namun kaya makna.
Selamat makan nasi pecel....
Sebagai pecinta pecel, saya selalu mencoba menelusuri berbagai tempat untuk mencicipi nasi pecel lokal. Mengapa demikian? Karena “Not All Nasi Pecel Are Created Equal”. Nasi pecel tak pernah disajikan sama. Meski pilar dasar dari pecel, yaitu sayur dan bumbu kacang, selalu ada, namun jenis sayur yang dipilih, sambal yang ditaburkan, hingga kondimen dan kerupuknya, tak pernah sama. Setiap orang punya favorit pecelnya masing-masing. Dan perbedaan itu tidak jadi masalah. Esensi filosofi dari nasi pecel adalah “keserbabolehan”. Tak ada campuran yang salah, semua bisa ditafsirkan. Dan kita masih bisa menyebutnya, Nasi Pecel.
Di Yogya, ada pecel wader yang terkenal. Warung milik Bu Amat ini lokasinya di jalan menuju Bandara Internasional Adi Sucipto. Kalau kita menuju Bandara pasti tidak akan melewatkan plang nama warung bu Amat. Berbeda dengan pecel yang biasanya hanya menyajikan sayur dengan bumbu pecel, di sini, pecel diperkaya dengan ikan wader. Ini adalah ikan goreng kecil-kecil yang rasanya sangat renyah dan gurih. Wader menjadi ciri khas pecel bu Amat. Kelembutan sayur, segarnya bumbu pecel, ditambah dengan crunchiness dari wader. Hmmm... sungguh mantab dan lezat.
Di Blitar, Madiun, dan Kediri, nasi pecel disajikan berbeda lagi. Pecel versi daerah ini menggunakan bunga honje merah, bunga turi putih, bersama dengan sayur mayur. Rasa bunganya meninggalkan aroma nan menusuk indah di langit-langit mulut kita. Masih ditemani lagi dengan rempeyek kacang, lalapan khas pecel seperti biji lamtoro (petai cina), kemangi, plus irisan dadu ketimun segar…hmmm…..segarnya. Cita rasanya juga berbeda. Pecel Madiun terkenal lezat dan pedas, pecel Blitar terkenal manis, dan pecel Kediri terkenal akan sambal Tumpangnya.
Di Solo, ada Pecel Ndeso (yang juga membuka cabang di Yogya – sebelah Hyatt). Variasinya lain lagi. Sayuran pecelnya komplet, disajikan dengan tiga macam dressing, yaitu: sambal kacang yang umum, sambal tumpang yang khas, atau sambal wijen yang istimewa. Nasinya pun bisa pilih: boleh nasi putih atau nasi dari beras merah. Kalau ke Warung Pecel Ndeso, kita akan melihat lauk-pauk tambahan untuk nasi pecel "ditebar" di atas meja lebar. Ada tempe dan tahu bacem, tempe kemul (tempe yang digoreng dengan salut tepung), wader goreng, empal dan jeroan goreng, dan banyak lagi lainnya. Godaan untuk memilih lauk yang menggairahkan ini sulit ditolak.
Tak jauh di depan hotel Orchid Batu, Malang, saya menemukan lagi satu warung pecel yang lezat. Warung kecil ini milik bu Anna, yang membuka warung sejak tahun 2000. Kelebihan nasi pecel bu Anna adalah pada kesegaran bumbu pecelnya. Kalau biasanya bumbu pecel menggunakan asam jawa, bu Anna justru menggunakan tomat. Rasa asamnya khas, dan segar. Bumbu ini tak tahan lama, oleh karena itu ia selalu membuat bumbu pecel baru di setiap piringnya. Di situlah letak rahasia kesegaran rasa pecel bu Anna. Rasa asamnya diperoleh dari tomat segar. Soal sayur, pilihannya juga beda. Nasi Pecel bu Anna menggunakan daun sawi bungkuk dan sawi asin. Rasanya pahit dan segar. Hmmm lezat. Untuk lauk, taburan srundeng, tahu, dan ayam goreng menambah lezat nasi pecel bu Anna.
Tak hanya di Jawa. Di Bukittinggi, kita mengenal Pecel dengan sebutan Pical. Warung yang terkenal adalah Pical Sikai di daerah Ngarai Sianok. Pical Sikai mulai berjualan sejak tahun 1950-an dan tetap memiliki cita rasa yang sama hingga sekarang. Apa yang khas dari Pical ini adalah daun pakis yang digunakannya. Rasanya segar dan nikmat.
Berbagai sajian nasi pecel nusantara tersebut menunjukkan betapa keragaman telah menjadi kekayaan bangsa ini. Keragaman tampilan, kesederhanaan, keserbabolehan, dan kemauan untuk menerima perbedaan, adalah filsofi dari sepiring nasi pecel.
Dari sepiring nasi pecel, kita belajar kehidupan. Dari sepiring nasi pecel, kita menyadari hakikat diri kita sebagai bangsa. Bahwa bangsa ini adalah bangsa agraris yang sederhana, namun kaya makna.
Selamat makan nasi pecel....
Labels: Nasi Pecel, Pecel Malang, Pecel Ndeso, Pecel Wader
0 Comments:
Post a Comment
<< Home